Berita Viral

Tubuh Nenek Ditemukan Hangus di Hutan, Ternyata Dibakar Ponakan, Motif Dipicu Dendam Sering Dimarahi

Terungkap kasus nenek yang ditemukan dalam keadaan hangus di hutan. Ternyata, dia dibunuh keponakannya sendiri.

Editor: Murhan
Tribunjatim.com
MAYAT DIBAKAR - Proses identifikasi jenazah di Kamar Mayar RSUD Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dan Kepada Desa (Kades) Tampingmojo, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada Selasa (4/11/2025). 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Terungkap kasus nenek yang ditemukan dalam keadaan hangus di hutan. Ternyata, dia dibunuh keponakannya sendiri.

Nah, kasus pembunuhan disertai pembakaran yang menimpa Mutmainah (74).

Korban merupakan warga Dusun Medeleg, Desa Tampingmojo, Kecamatan Tembelang.

Polisi memastikan pelaku merupakan orang dekat korban sendiri, yakni keponakannya bernama Suwarno (46), warga Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang.

Jasad Mutmainah ditemukan dalam kondisi mengenaskan di area hutan wilayah Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Senin (3/11/2025) pagi. 

Tubuhnya hangus terbakar dan sulit dikenali.

Baca juga: Nasib Maling Motor yang Diikat di Tiang Listrik Lalu Dibakar Warga, Ditolak Rumah Sakit, Kini Tewas

Penyelidikan intensif yang dilakukan oleh Satreskrim Polres Jombang akhirnya mengarah pada Suwarno, yang ditangkap beberapa jam setelah jasad korban ditemukan.

Awal Terungkapnya Kasus

Kapolres Jombang, AKBP Ardi Kurniawan, menjelaskan bahwa kasus ini bermula dari laporan keluarga korban yang kehilangan kontak dengan Mutmainah sejak Senin (3/11/2025) pagi. 

Kecurigaan polisi muncul ketika menemukan sejumlah kejanggalan di rumah korban.

"Dari hasil olah TKP dan keterangan saksi, kami menemukan indikasi kuat bahwa korban tewas bukan karena kecelakaan. Kami temukan bekas benturan keras di kepala dan tanda-tanda pembakaran pasca kematian," ucap Ardi dalam konferensi pers di Satreskrim Polres Jombang pada Rabu (5/11/2025).

Pelaku diketahui juga sempat berada di lokasi saat olah TKP awal, dan menunjukkan gelagat mencurigakan. 

Setelah dilakukan pemeriksaan mendalam, alibi Suwarno terpatahkan oleh hasil rekaman CCTV dan bukti-bukti lain di lapangan. Ia akhirnya mengakui semua perbuatannya.

"Motif utama pelaku adalah dendam dan sakit hati akibat sering dimarahi oleh korban dalam urusan pekerjaan. Karena korban ini mempunyai usaha simpan pinjam. Selain membunuh, Suwarno juga mengambil sejumlah barang berharga milik korban," ungkapnya. 

Beberapa barang bukti yang diamankan antara lain, perhiasan emas berupa 3 kalung, 5 gelang rantai, 6 gelang keroncong, 2 gelang swasa, 2 gelang bangkok, 2 anting, dan 5 cincin, uang tunai sebesar Rp10.724.000, satu unit HP Vivo Y18 dan dua dompet mobil Toyota Rebons yang digunakan untuk membawa jasad korban.

Beberapa barang bukti ditemukan tersebar di sejumlah tempat, mulai dari area persawahan di Desa Sumberagung, Kecamatan Peterongan, hingga Desa Sumberbendo, Kecamatan Jogoroto.

Pelaku kini mendekam di ruang tahanan Polres Jombang dan dijerat Pasal 339 KUHP subsider Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan yang disertai tindak pidana lain. Ancaman hukumannya adalah penjara seumur hidup atau pidana maksimal 20 tahun.

Kapolres memastikan penyidikan masih berlanjut. "Kami masih mendalami kemungkinan ada pihak lain yang membantu atau mengetahui rencana pelaku. Namun sejauh ini, semua bukti mengarah pada pelaku tunggal," pungkas Ardi.

Mengapa Balas Dendam Terasa Memuaskan?

Balas dendam sering kali digambarkan sebagai tindakan negatif, namun banyak orang merasakan kepuasan setelah melakukannya.

Mengapa demikian?

Mengutip IFL Science, sebuah studi unik yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology menggunakan boneka voodoo untuk mengeksplorasi efek balas dendam.

Peneliti dari University of Kentucky meminta 156 peserta untuk menulis esai tentang topik pribadi pilihan mereka, sebelum meminta mereka menukarnya dengan orang lain untuk mendapatkan masukan.

Begitulah yang terjadi pada kelompok kontrol, namun pada kelompok kedua, salah satu peneliti berpura-pura menjadi partisipan dan memberikan masukan yang sangat buruk.

Setelah itu, para peserta diberi kesempatan untuk menunjukkan seberapa marah mereka terhadap umpan balik tersebut.

Mereka berinteraksi dengan boneka voodoo virtual yang mirip dengan orang yang memberi kritik buruk. Mereka diizinkan menusukkan jarum ke boneka tersebut.

Suasana hati peserta diukur sebelum dan setelah interaksi dengan boneka voodoo. Anehnya, peserta yang menerima kritik buruk berhasil memperbaiki suasana hati mereka setelah melakukan sedikit "penyiksaan" pada boneka tersebut.

Bahkan, suasana hati mereka setara dengan peserta yang menerima umpan balik positif.

Namun, ada catatan penting di sini. Meskipun balas dendam tampaknya membantu mengatasi penolakan sosial dan memperbaiki suasana hati, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme ini sepenuhnya.

Dalam eksperimen lanjutan, 154 peserta baru diminta menelan pil plasebo yang dikatakan dapat menstabilkan suasana hati mereka.

Mereka kemudian memainkan video game sederhana yang melibatkan pengoperan bola antara mereka dan dua pasangan lain. Dalam beberapa permainan, bola hanya dioper 10 persen dari waktu, menciptakan penolakan.

Mereka kemudian diminta menggambarkan perasaan mereka dan ditanya apakah mereka ingin membalas dendam pada pasangan mereka dalam permainan tersebut. Bagi yang mau, mereka berpartisipasi dalam permainan penyiksaan suara.

Mereka yang ditolak lebih sering dalam video game lebih cenderung meningkatkan volume serangan kebisingan. Namun, mereka yang mengonsumsi pil "penstabil suasana hati" tidak merasa perlu membalas dendam karena suasana hati mereka tetap stabil.

Jadi, balas dendam tampaknya memberikan dorongan emosional positif bagi mereka yang merasa dirugikan, tetapi pengaruh suasana hati juga memainkan peran penting.

Mengapa balas dendam bisa terasa baik dan buruk pada saat yang sama

Dikutip dari Well and Good, penelitian perilaku dan neuroimaging menunjukkan bahwa balas dendam memiliki aspek hedonis yang menyenangkan.

David Chester, PhD, profesor psikologi sosial dan direktur Institut Sosial. Lab Psikologi dan Ilmu Saraf di Virginia Commonwealth University menjelaskan bahwa balas dendam memicu sirkuit penghargaan di otak, melepaskan dopamin dan opioid endogen yang membuat kita merasa senang.

Saat kita membalas dendam, otak mengatakan, "Saya ingin melakukan ini, dan saya menikmati melakukannya."

Namun, saat kita membalas dendam, kita juga merasakan emosi negatif yang intens seperti marah.

Meskipun marah sering dianggap negatif, dalam konteks balas dendam, kemarahan bisa menjadi motivasi yang diinginkan.

Rasa marah menjadi pendorong tindakan balas dendam, sementara kepuasan hedonis berasal dari menyakiti seseorang yang telah menyakiti kita.

Kombinasi ini menciptakan sensasi bittersweet yang kuat, seperti yang terlihat pada karakter utama dalam film "Do Revenge".

Dr. Chester juga mencatat bahwa kemarahan dapat diinginkan dalam situasi tertentu, seperti saat membalas dendam.

Jika hanya merasakan kebahagiaan, akan terasa aneh setelah melakukan tindakan balas dendam. Emosi marah menjadi bagian penting dari pengalaman tersebut, membuat balas dendam terasa manis sekaligus pahit.

(Banjarmasinpost.co.id/TribunJatim.com)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved