SBY Mangaku Marah

Inilah reaksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika mendengar ada pemberitaan penganiayaan terhadap tenaga kerja

Editor: Dheny Irwan Saputra
zoom-inlihat foto SBY Mangaku Marah
Tribun Kaltim
Tribun Kaltim

INILAH reaksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika mendengar ada pemberitaan penganiayaan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hongkong. Dia mengaku marah terkait penyiksaan yang dialami TKI, Erwiana Sulistiyaningsih (21), oleh majikannya.

SBY di tengah-tengah kesibukan luar biasa dalam rapat terbatas untuk menangani beberapa kasus bencana alam di Indonesia, menyediakan waktu berhenti sejenak untuk berlomunikasi langsung dengan Erwiana dan orangtuanya, Rahmat. Komunikasi itu dilakukan SBY melalui telepon di sela-sela rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (21/1/2014), membahas penanganan bencana alam di berbagai wilayah di Indonesia.

“Saya mau break dulu sebentar! Saya mau bicara sama Erwiana, Saudara kita yang bekerja di Hongkong kemarin yang dapat penyiksaan itu. Saya bicara sebentar dengan yang bersangkutan, sekaligus sama orangtuanya,” kata Presiden pada saat berbicara penanganan bencana. Awalnya, SBY berbicara dengan Rahmat, orangtua Erwiana. SBY mengaku sedih dan prihatin atas musibah tersebut. “Saya juga marah kepada mereka yang berbuat kejahatan dan saya minta hukum dan keadilan ditegakkan,” kata Presiden.

Dalam percakapan tersebut, SBY menanyakan kondisi Erwiana, dirawat di mana, tempat tinggal, hingga pekerjaan Rahmat. Sebagai rasa keprihatinan, SBY berjanji akan memberikan bantuan.

“Sebenarnya, pemerintahan Hongkong itu termasuk baik dibandingkan banyak negara. Tetapi, musibah ini saya juga sudah bicara dengan pemimpin Hongkong waktu di Bali, titip Saudara-saudara saya,” kata SBY kepada Rahmat.

SBY kemudian berbicara dengan Erwiana. Dalam percakapannya, SBY menanyakan apa yang dirasakan saat ini. SBY juga meminta Erwiana percaya bahwa hukum akan ditegakkan.

“Saya akan membantu dana, gunakan dengan baik. Tapi yang penting sekali lagi utamakan pengobatannya sampai sembuh. Mudah-mudahan Allah melindungi keluarga Erwiana dan Pak Rahmat. Semoga cepat pulih. Salam dari Ibu Ani,” kata SBY mengakhiri percakapan.

Seperti diberitakan, kondisi Erwiana sudah mulai membaik. Sebelumnya, ia dianiaya oleh majikannya bernama Law Wantung jika melakukan kesalahan. Law tidak segan memukul bagian muka dan bagian tubuh lain. Luka paling parah adalah di bagian pergelangan tangan, kaki, serta wajah yang lebam. Erwiana mengaku dirinya akan dibunuh oleh majikannya, jika menceritakan kekerasan tersebut kepada orang lain.

Betapa serius dan tegas perhatian Presiden RI terhadap rakyatnya yang sedang mengalami penderitaan! Sungguh sebuah sikap yang patut mendapat acungan jempol. Perhatian semacam ini selalu saja muncul dan terjadi, ketika terdengar kabar penganiayaan terhadap TKI kita.

Drama penderitaan dan sikap yang mempertontonkan perlindungan, kasih sayang dan bantuan itu selalu saja muncul. Hal semacam ini akan terus terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia, sepanjang negeri ini tidak mengubah kebijaksanaannya terhadap TKI/TKW kita.

Perubahan yang bagaimanakah yang harus ditempuh, agar kita tidak mengulang-ulang kasus penderitaan TKW kita? Kebijaksanaan paling ekstrem adalah RI sudah harus berani menghapus kebijaksaan mengirim TKI ke luar negeri. Tentu ini musykil bagi Indonesia, barangkali yang agak moderat adalah mengirim TKW secara terpilih dan terlindungi secara pasti. Kenyataannya sampai sekarang ini juga belum bisa dilaksanakan secara baik dan benar.

Ibarat SBY menangis darah pun, persoalan penganiayaan TKW akan tetap saja terjadi. Memang sebuah kejahatan luar biasa seorang majikan menganiaya pembantunya (yang TKW itu), akan tetapi jauh lebih kejam sebuah negara yang membiarkan kaum perempuan bekerja di luar negeri tanpa mendapatkan perlindungan yang memadai. Entah sampai kapan kasus semacam ini akan terjadi! (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Mengejar Syafaat

 

Moratorium MBG

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved