Bobotoh
PARTAI Golkar ibarat perahu yang kini tengah berlayar menerjang ombak mengikuti keinginan nahkoda.
Oleh: H Pramono BS
PARTAI Golkar ibarat perahu yang kini tengah berlayar menerjang ombak mengikuti keinginan nahkoda. Adalah Aburizal Bakrie, sang ketua umum yang akan membawanya pada suatu titik.Diawali dengan tekadnya memperkokoh Koalisi Merah Putih (KMP) yang terdiri atas Golkar, Gerindra, PAN, PKS dan Gerindra. Kemudian mengubah kebiasaan Golkar dengan menjadi ketua umum dua kali. Dalam sejarahnya ketua umum Golkar hanya menjabat satu periode. Selanjutnya belum jelas apa yang ingin dicapai.
Bisa jadi ia mengikuti ketua-ketua parpol besar lain yang menyerahkan jabatan ketua umum pada sang pendiri, sampai kapan dia mau. Tapi Ical (panggilan Aburizal Bakrie) bukan pendiri Golkar sehingga untuk berkuasa lagi biayanya tidaklah murah.
Gejala untuk tetap berkuasa sudah terasa sejak beberapa waktu lalu. Ketika orang ramai-ramai minta Golkar segera mengadakan musyawarah nasional karena masa kepengurusannya habis pada Oktober 2014 lalu, Ical menolak karena menurut Munas di Riau, Munas berikutnya pada 2015, meski kepengurusan habis pada tahun ini.
Sekarang Dewan Pertimbangan Golkar minta Munas diadakan pada 2015 tapi Ical malah mengajukan lebih cepat, Januari 2015. Sebelumnya ada musyawarah pimpinan yang oleh para pesaingnya dianggap akan menjadi forum untuk memuluskan jalan bagi Ical.
Persoalannya apa sebenarnya yang ingin dicari oleh Ical dengan menjadi ketua umum lagi. Kalau tujuannya untuk kebesaran Golkar agaknya sulit dipercaya.
Kalau untuk meraih cita-cita menjadi presiden itu hanya mimpi walau tidak diharamkan. Kalau untuk kepentingan rakyat jelas hanya alasan yang dicari-cari. Selama memimpin Golkar janjinya membangun gedung DPP Golkar tidak terwujud, menyediakan dana abadi Rp 2 triliun tidak terpenuhi, bahkan suara Golkar dalam pemilu turun. Janji menjadi presiden juga gagal.
Ical itu Ketua Sekretariat Gabungan KMP. KMP sudah memproklamasikan bahwa koalisinya permanen, artinya lima tahun ke depan harus bisa memenangkan koalisi baik di pemerintahan maupun legislatif.
Jalan ini terbuka kalau Golkar masih berada di KMP, karena kecuali memiliki suara mayoritas Golkar juga memiliki pengaruh sampai ke akar rumput. Tanpa Golkar, KMP tidak ada tajinya.
Golkar adalah partai besar, terbesar di antara anggota KMP. Karenanya kedudukannya di KMP sangat diperhitungksan. Karena itu terlalu remeh kalau Golkar mau mengorbankan diri untuk KMP.
Lebih mengherankan kalau cuma mau jadi kuda tunggangan padahal lari sendiri pun bisa. Lantas apa yang akan didapat Golkar dengan pengorbanan seperti itu? Bisa saja ada agenda pribadi, pengurus lain belum tentu tahu. Bagi Ical tidak sulit karena dia punya segalanya yang bisa dipakai untuk memanen suara dari daerah. Orang lain hanya bisa menebak-nebak.
Masih dalam kerangka tebak-menebak juga, Ical lewat perusahaannya Lapindo Brantas sekarang masih punya utang sekitar Rp 800 miliar kepada para korban semburan lumpur. Kalau melihat tekad pemerintah sekarang, kasus di atas jelas akan memberatkan Bakrie. Tidak bisa lain kecuali mencari pelindung dan itu tidak mungkin dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
***
Sengkarut politik di negeri ini tidak bisa lepas dari rentetan pemilihan presiden. Kesan sakit hati, kecewa dan igin balas dendam masih terasa. PPP adalah salah satu partai yang terkena imbas hingga timbul perpecahan di dalamnya.
Meski tidak secara langsung, boikot pengangkatan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh KMP juga terasa ada korelasinya.