BPost Cetak
Buah Jeruk Siam Banjar Mengecil, Hama Juga Resahkan Petani Astambul
Panen Jeruk Siam Banjar tak sebaik sebelumnya. Selain jumlah, ukuran buahnya kurang besar dan kadar air pun kurang sehingga memengaruhi cita rasa.
MARTAPURA, BPOST - Tak hanya petani jagung di Kabupaten Tanahlaut yang resah oleh serangan hama. Kegundahan juga melanda petani jeruk di Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar sejak sekitar dua pekan silam.
Memang saat ini banyak pedagang jeruk mangkal di tepi Jalan A Yani seiring tibanya musim panen. Namun menurut sejumlah petani, panen Jeruk Siam Banjar tak sebaik sebelumnya. Selain jumlah, ukuran buahnya kurang besar dan kadar air pun kurang sehingga memengaruhi cita rasa.
Penurunan kualitas jeruk itu disebabkan serangan hama dan penyakit. Selain itu panasnya cuaca selama beberapa pekan ini kian memperburuk fase generatif tanaman jeruk.
“Musim panen jeruk kali ini memang kurang bagus. Saya masih berusaha untuk mengatasi adanya serangan hama penyakit,” ucap Amat, petani jeruk di Astambul, Sabtu (27/7).
Senada diutarakan petani jeruk lainnya, Najamudin. “Hama kupu-kupu putih dan penyakit batang yang saat ini menyerang tanaman kami,” katanya.
Warga Desa Sungaialat, Astambul, yang tergabung dalam Kelompok Tani Mekar dan Gapoktan Lok Atap ini mengatakan cukup sulit mengatasi hama tersebut. Terlebih tanaman kekurangan air akibat panasnya cuaca.
Ia manuturkan dari dua hektare kebun jeruknya, sebagiannya telah terserang hama penyakit. “Kalau kurangnya kadar air pada buah jeruk, ya pasti dampak cuaca panas,” sebutnya.
Baca: Hadapi Kemarau, Wadir Politeknik Negeri Tanahlaut : Perlu Pompa Air
Baca: Bupati Kudus Reunian di Penjara, Tamzil Bisa Dituntut Hukuman Mati
Baca: Tujuh Mahasiswa Asing Belajar Bikin Sasirangan, Sa’ad Senang Bisa Ikut Menjelujur
Baca: Si Palui : Kada Ba-H
Dikatakannya, meski saat ini musim panen, harga tidak mengalami penurunan. Itu karena hasil panen tidak banyak. Selain itu jeruk Siam Banjar memiliki rasa dan aroma yang khas.
Apakah ada bantuan dari pemerintah? “Kami belum ada dibantu. Kalau bisa sih dibantu pompa air agar kami bisa melakukan penyiraman supaya buahnya tidak kurang air juga,” harap Najamudin.
Masalah yang dihadapi petani jeruk di Desa Sungaialat, Astambul, mendapat perhatian penyuluh pertanian lapangan (PPL) setempat. “Kerusakan tanaman jeruk di Astambul disebabkan organisme pengganggu tanaman yakni penyakit diplodia,” terang Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Astambul Marhadiansyah, kemarin.
Diplodia merupakan penyakit paling berbahaya pada tanaman jeruk yang disebabkan oleh jamur botryodiplodia theobromae. Apabila itu tak dikendalikan maka batang tanaman lama-kelamaan mati. Karena itu petani mesti mengatasinya antara lain menggunakan bahan pembasmi yang tepat.
Mengenai kualitas jeruk yang kurang berair, Mardiansyah menjelaskan hal itu diakibatkan paparan sinar matahari yang berlebihan. Maklum sejak beberapa pekan lalu cuaca cukup panas.
“Jeruk kurang berair ini biasa terjadi tiap tahun terlebih pada musim kemarau seperti sekarang. Mengatasinya bisa dilakukan dengan penyiraman air atau dengan pemupukan,” jelasnya.
Menanggapi masalah ini, Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Horikultura Tanaman Kalimantan Selatan Fauzi Noor mengatakan sifatnya masih spot dan belum mewabah. “Belum sampai KLB (Kejadian Luar Biasa). Itu tentang petani mau tidak mengendalikan sendiri,” katanya.
Dia mengatakan penyakit diplodia menyerang tanaman jeruk karena bibitnya berasal dari daerah endemis diplodia. Hama ini biasanya mengeluarkan gum berwarna kuning. Akibat serangan ini tanaman bisa mati.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/bpost-edisi-minggu-2872019.jpg)