Berita Jakarta

Inilah 5 Fakta Menarik Tentang Paskibraka, dari Sejarah dari 1973 Hingga Tanggungjawab

Setiap memperingati hari ulang tahun Republik Indonesia, kelompok Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ( Paskibraka) dipilih dari berbagai pelosok

Editor: Didik Triomarsidi
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) mengibarkan bendera Merah Putih dalam rangkaian Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (17/8/2018). Peringatan HUT RI tahun ini mengangkat tema Kerja Kita Prestasi Bangsa, ditandai dengan upacara penaikan dan penurunan bendera merah putih serta penampilan sejumlah pertunjukan seni dan budaya dari penjuru Indonesia. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Setiap memperingati hari ulang tahun Republik Indonesia, kelompok Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ( Paskibraka) dipilih dari berbagai pelosok tanah air.

Paskibraka memiliki peran penting dalam suatu upacara peringatan detik-detik proklamasi 17 Agustus. Tak heran, putra putri terpilih tanah air yang dinobatkan sebagai Paskibraka menjadi pusat perhatian.

Sama seperti 68 anggota calon paskibraka nasional yang terpilih dari seluruh provinsi di Indonesia yang nantinya akan bertugas pada 17 Agustus 2019 di Istana Merdeka.

Baca: FAKTA Terbaru Orang Mati Hidup Lagi di Sampang, Digelitik Lalu Terjatuh Hingga Masuk Penjara

Baca: Wow! BTS Raup Rp 1,3 Triliun dari Tur Speak Yourself, di Jepang Saja Dapat Rp 282 Miliar

Baca: Hari Ini Syahrini Ulang Tahun ke-37, Tahun Lalu Ada Luna Maya di Ulang Tahun Istri Reino Barack

Berikut fakta-fakta menarik tentang Paskibraka yang mungkin belum Anda tahu:

1. Awal Mula Paskibraka

Paskibraka pertama kali dicetuskan oleh Idik Sulaiman di tahun 1973.

Awalnya, kepanjangan dari Paskibraka adalah Pasukan Penggerek Bendera Pusaka.

Kata “penggerek” digunakan dari tahun 1967 sampai 1972. Setelahnya diganti menjadi kata “pengibar”

2. Makna Lambang Paskibraka

Lambang Korps Paskibraka berbentuk prisai berwarna hitam yang ujungnya dikeliling warna kuning.

Lambang ini memiliki simbol dengan makna yang mendalam.

Perisai berarti siap membela negara, warna hitam bearti percaya diri, dan warna kuning berarti bangga.

Di tengah perisai, kita menemukan ada sepasang anak Indonesia yang berarti para Paskibraka. Terdapat tiga garis horizon yang berarti nasional, provinsi, dan kota.

Lalu sang bendera merah putih di dalam perisai yang berarti lambang negara.

Lambang anggota Paskribaka berupa bunga teratai ini berarti lahir di lumpur dan tumbuh di air.

Tiga kelompak bunga yang ke atas yang berarti belajar, bekerja, dan berbakti. Sedangkan tiga kelompak bunga ke samping berarti aktif, disiplin, dan gembira.


Anggota Paskibraka di latih di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (PP-PON Kemepora), Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (31/7/2019).(KOMPAS.com/CYNTHIA LOVA)

3. Arti Formasi Paskibraka

Ada tiga formasi di dalam Paskibraka, Pertama, pasukan 17 yang terdiri dari 17 anggota Paskibraka muda, mereka ini bertugas sebagai pengiring.

Kedua, pasukan 8 terdiri dari delapan orang Paskibraka muda, lima putri dan tiga putra yang dikawal anggota TNI atau polisi. Mereka di pasukan 8 merupakan pasukan inti.

Pasukan 17 dan pasukan 8 merupakan formasi yang diimpikan para anggota paskibraka.

Kemudian ada juga pasukan 45 yang terdiri dari anggota TNI atau polisi, mereka sebagai pengawal. Angka 17-8-45 diambil dari hari proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945.

4. Kriteria menjadi Paskibraka Nasional

Di Indonesia setiap tahunnya pun memiliki Paskibraka nasional yang bertugas mengibarkan bendera merah putih saat ulang tahun Republik Indonesia di istana negara.

Namun, menjadi Paskibraka Nasional bukan suatu hal yang mudah. Sebab, ada beberapa penyeleksian untuk menjadi Paskibraka nasional.

Koordinator Pelatih Paskibraka Nasional, Letkol Amar mengatakan, setiap sekolah berhak mengirimkan siswa kelas 2 SMA/SMK/MA untuk ikut seleksi kecamatan.

Kemudian dari seleksi itu, dilakukan lagi seleksi kota.

Syarat untuk menjadi anggota Paskibraka yakni mencakup tinggi badan, nilai rapor, dan tes kesehatan. Untuk putra, tinggi badan antara 165-175cm. Untuk putri, tinggi badan antara 160-170 cm.

Selain itu kondisi fisik juga turut dinilai seperti tidak berkacamata, kaki tidak tinggi sebelah dan tidak berbentuk O atau X. Sehat jasmani dan rohani.

Setelah lolos, mereka akan masuk tes provinsi pada bulan Mei.

Jika lolos, setiap provinsi akan mengirim dua pasang (dua putra dan dua putri) ke nasional.

Di tingkat nasional, mereka hanya akan memilih satu pasang untuk setiap provinsi.

Jadi ada 68 anak dari 34 provinsi yang akan mengikuti seleksi nasional dan menjadi Paskibraka.


Presiden Joko widodo menyerahkan Bendera Merah Putih kepada Anggota Paskibraka Perwakilan dari Jawa Timur Fariza Putri S untuk dikibarkan dalam Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Halaman depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/8/2017). Kompas/Wisnu Widiantoro (NUT) 17-08-2017(KOMPAS/WISNU WIDIANTORO)

5. Paskibraka Harus Disiplin dan Bertanggung Jawab

Berada di posisi calon paskibraka bukan hal yang mudah. Setelah mengikuti beberapa proses penyeleksian.

Para paskibraka ini pun juga dituntut untuk disiplin dan memiliki karakter kuat.

Calon Paskibraka Nasional 2019 asal DKI Jakarta, Rachel Emmanuel Miranda Putong menceritakan pengalamannya.

Gadis 18 tahun ini mulanya sempat merasa tidak betah saat dikarantina di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (PP-PON Kemenpora), Cibubur, Jakarta Timur.

Menurut siswa kelas 2 di SMA PSKD I Jakarta Pusat itu, banyak aturan yang harus ia patuhi selama di karantina.

Hal tersebut tak lepas dari tujuan utama, yakni menempa para calon Paskibraka Nasional agar memiliki karakter kuat.

Sejak di karantina, ia dan paskibraka lainnya harus bangun pagi, makan dengan cepat, dan baris-berbaris sesuai komando tegas sudah dirasakan oleh mereka.

Bahkan, mereka juga harus bersikap disiplin, sopan, dan tepat waktu.

Para pelatih tak segan-segan menegur bahkan memberikan hukuman kala para calon paskibraka tak mengikuti aturan.

"Jadi kalau melakukan kesalahan yang pasti kami dihukum push up. Itu dilakukan agar kami tidak mengulang kesalahan kami," kata Rachel.

Namun, Rachel mengaku menjalani karantina membuat dirinya mempunyai pengalaman baru, teman-teman baru, dan pengenalan disiplin yang baru.

Di karantina, mereka diajarkan untuk menjadi mandiri sehingga ketika usai pelatihan, mereka tetap menjadi pribadi yang kuat.

Hai Guys! Berita ini ada juga di KOMPAS.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved