Berita Tanahlaut

Warga Kompleks Multi Madya Desa Lianganggang Keluhkan Debu Produksi Nusa Board

Warga Kompleks Multi Madya RT 9 dan RT 10 Desa Liangangang Kecamatan Batibati Kabupaten Tanahlaut mengeluhkan gangguan pernafasan.

Penulis: Milna Sari | Editor: Hari Widodo
banjarmasinpost.co.id/milna sari
Ketua RT menunjukkan dapur produksi PT SNI yang membuat udara di permukiman penduduk tercemar 

Dahulu sebutnya pihak perusahaan pernah memberi kompensasi berupa susu bagi warga namun hanya dua bulan setelah itu tidak pernah lagi. Warga pun sebutnya tak pernah meminta lagi karena warga tak menginginkan pemberian susu tapi ingin udara bersih dan tidak ada lagi kebisingan.

Pada awalnya ujar Budi pabrik Nusa Board akan didirikan di Banjarbaru di Landasan Ulin namun mendapatkan penolakan dari warga. Akibatnya lahan perusahaan di Landasan Ulin hanya menjadi gudang. Kemudian dibangun di Desa Lianganggang Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanahlaut, warga juga menolak namun tak digubris oleh pemerintah kabupaten.

Terkiat keberadaan kompleks Multi Madya dekat dengan pabrik terang Budi, kompleks sudah ada sejak 1996 sedangkan perusahaan baru berdiri di 2012.

Pihaknya juga sudah beberapa kali melapor ke kantor kecamatan dan sempat dipertemukan dengan perusahaan pada 2014 namun belum juga mendapatkan solusi. Hingga 2018 warga pun juga kembali dipertemukan dengan perusahaan dan diberi waktu tunggu hingga Desember 2019 untuk mengurangi kebisingan, debu, dan juga bau busuk.

Setelah adanya keluhan warga, jelas Budi perusahaan juga baru menambah tinggi dinding mereka agar debu tak banyak masuk ke pemukiman. Namun menambah tinggi dinding juga tak mengurangi debu terbang ke pemukiman.

Pihak perusahaan terang Budi beralasan tak memiliki dana untuk memerbaiki cerobong asap dan untuk mengurangi pencemaran namun ujar Budi warga mengetahui bahwa perusahaan terus menambah luasan tanah untuk operasional perusahaan.

"Bilangnya tidak punya uang terus tapi mereka baru beli tanah lagi di sebelah sana," ujarnya.

Sudah beberapa kali juga sebut Budi dilakukan pengecekan polusi udara dan kebisingan namun hasilnya selalu bagus. Pasalnya saat dilakukan uji kandungan udara perusahaan mematikan mesinnya.

"Kami sudah tidak percaya dengan pengujian-pengujian itu, kalau berani mengujinya nginap di rumah warga, baru tau bisingnya dan debunya," sebutnya.

Tak hanya warga, SMPN 3 Bati-bati yang lokasinya juga tak jauh dari dapur produksi perusahaan sebut Budi juga sudah lama mengeluhkan polusi udara dan bising.

"Kami juga sudah pernah menyurati DPRD Tanahlaut agar bisa dibantu tapi belum tanggapan kemungkinan akan kami Surati lagi. Kami juga sudah berkonsultasi dengan WALHI terkait ini," ujarnya.

Budi juga menyayangkan Nusa Board PT SNI yang mendapatkan penghargaan dari Pemkab Tanahlaut atas turut menjaga kebersihan lingkungan.

Baca: Simpan Paket Sabu di Dompet, Pria Parobaya Ini Dijebloskan Sel tahanan Polsek Tapin Tengah

Baca: Pembunuh Yadi Dollar Ditangkap di Kalteng, Didor Saat Melawan dan Mencoba Kabur

Baca: Urine Anggota Satpolair Polresta Banjarmasin Diperiksa, Ternyata Begini Hasilnya

"Saya kaget waktu saya juga menerima penghargaan atas bank sampah ke tujuh terbaik di Kalsel, ternyata Nusa Board juga mendapatkan penghargaan, penilaiannya itu dari mana, kok bisa," jelasnya.

Terpantau oleh Banjarmasinpost.co.id, tinggi cerobong asap sudah memenuhi standar sekitar 25 meter lebih namun bisa saja di lahan tanah yang rendah. Sedangkan alat penghisap debu yang dipasang di penggilingan juga sudah ada namun hanya satu. Asap dari cerobong asap juga mengarah ke pemukiman jika angin mengarah ke pemukiman. ( Banjarmasinpost.co.id/Milnasari)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved