Berita Tanahlaut

Warga Kompleks Multi Madya Desa Lianganggang Keluhkan Debu Produksi Nusa Board

Warga Kompleks Multi Madya RT 9 dan RT 10 Desa Liangangang Kecamatan Batibati Kabupaten Tanahlaut mengeluhkan gangguan pernafasan.

Penulis: Milna Sari | Editor: Hari Widodo
banjarmasinpost.co.id/milna sari
Ketua RT menunjukkan dapur produksi PT SNI yang membuat udara di permukiman penduduk tercemar 

BANJARMASINPOST.CO.ID, TANAHLAUT - Sudah bertahun-tahun warga Kompleks Multi Madya RT 9 dan RT 10 Desa Liangangang Kecamatan Batibati Kabupaten Tanahlaut mengeluhkan gangguan pernafasan.

Gangguan pernafasan ini terjadi sejak berdirinya Nusa Board PT SNI di Desa Lianganggang yang menghasilkan limbah debu dari proses pencampuran silika, batu bara, dan pasir.

Tak hanya itu cerobong asap yang dianggap warga tak tinggi juga sering membawa asap ke perkampungan mereka.

"Kalau anginnya arah ke kampung ya habis asapnya ke kampung," jelas warga yang rumahnya persis bersebelahan dengan dapur produksi Nusa Board, Daman kepada Banjarmasinpost.co.id, Kamis (24/10/2019).

Debu, bising dan bau busuk yang masuk ke area pemukiman warga terangnya sudah ada sejak Nusa Board berdiri di tahun 2012.

Baca: Viral, Pelajar Naiki Atap Angkot Ceria, Kadishub Banjarmasin Langsung Panggil Sopir

Baca: HSS  Siap Perbaiki Titik Kelemahan Penilaian Adipura Tahap Pertama,  Ulama Pun Dukung Lewat Dakwah

Baca: Bukan Hanya Soal Salak, Nia Ramadhani Bagikan IPhone Hingga Habiskan Hampir 1 M Sekali Terbang

Baca: Sambut Kunjungan Ulama, Bupati Achmad Fikry Apresiasi Program MUI HSS

Bising biasanya semakin terdengar saat malam hari. Terlebih pabrik jelasnya tak pernah berhenti berproduksi meskipun di hari Minggu, hari libur nasional dan hari buruh sekalipun.

Sementara keluhan bau busuk datang dari kolam limbah Nusa Board yang menguap saat siang hari.

"Keluhan batuk itu sudah sering sampai saya harus berobat ke Banjarmasin habis Rp 500 ribu," ujarnya.

Sementara debu akibat produksi terang Daman juga sudah masuk rumah. Meski rumahnya sudah diberi plastik di ventilasi namun debu tetap masuk ke dalam rumah.

"Piring itu harus didalam lemari, kalau ditaruh di rak saja debu banyak, jadi kami sudah pakai lemari menyimpan piring," ujarnya.

Saat malam suara mesin juga terdengar nyaring hingga menyulitkan untuk tidur.

Belasan tahun mengalami gangguan, Daman mengaku rela jika pihak perusahaan mau membeli rumahnya sehingga ia bisa mencari tempat tinggal yang layak dan nyaman.

"Kalau ibaratnya perusahaan mau membeli rumah kami, kami mau saja, tinggalkan saja sudah rumah ini," tambahnya.

Sementara ketua RT 10, Budi membenarkan adanya keluhan warga terkait proses produksi perusahaan. Keluhan itu terangnya sudah sering disebut sejak sebelum dirinya menjabat ketua RT.

"Yang terdampak ini RT 10, RT 9 dan RT 3," ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved