Berita Banjarmasin

SBI Temukan Kelelawar Nektar Berlidah Panjang di Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak

Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI)merilis kembali penemuan keberadaan spesies Kelelawar (famili Pteropididae) di Kawasan Mangrove Pulau Curiak.

Penulis: Syaiful Anwar | Editor: Elpianur Achmad
HO/SBI untuk Banjarmasinpost.co.id
Kelelawan Nektar yang ditemukan hidup di Pulau Curiak, Batola. 

BANJARMASIN POST.CO.ID - Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), melalui ketuanya Amalia Rezeki, merilis kembali penemuan keberadaan spesies Kelelawar (famili Pteropididae) yang menghuni Kawasan Mangrove Stasiun Riset Bekantan Camp Tim Roberts, Pulau Curiak di Barito Kuala, Kalimantan Selatan, yang dikelola SBI dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.

Melalui pengamatan yang dilakukan pada tanggal 2-3 Mei 2019 dan pengulangan pengamatan kedua,13-14 April 2019, kelelawar yang ditemukan kemudian dilakukan identifikasi morfologi dan morfometri.

"Total jumlah yang ditemukan sebanyak 48 individu terdiri dari 5 spesies yaitu Cynopterus brachyotis, Cynopterus minitus, Cynopterus sphinx, Eonycteris spelaea dan Macroglossus minimus," kata Amel, panggilan akrab Amalia, Selasa (5/11/2019).

Baca: Mahasiswi Amerika Serikat Ini Kagum dengan Kepedulian Amelia Terhadap Bekantan di Pulau Curiak

Baca: Diduga Kelaparan, Anak Bekantan Ini Tersesat di Gang Gandapura Mantuil Banjarmasin

Kelelawar, lanjut dia, merupakan hewan dari kelas Mamalia yang termasuk dari Ordo Chiroptera. Kelelawar dibedakan atas dua sub ordo pemakan buah buahan atau nektar masuk kedalam Megachiroptera, sedangkan pemangsa serangga yaitu Microchiroptera (Suyanto, 2001).

Kelelawar mempunyai kemampuan terbang dengan menggunakan sayap dari tangannya sehingga memudahkan dia untuk pindah keberbagai tempat untuk mencari pakan salah satunya di Stasiun Riset Bekantan yang merupakan kawasan Mangrove.

“Temuan kelelawar di Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak merupakan bukti bahwa tempat ini juga menjadi hunian mereka untuk mencari makan khsususnya dari famili Pteropididae," tandasnya.

Ditambahkan Amel, spesies temuan yang paling mendominasi yaitu Macroglossus minimus yang mempunyai lidah Panjang sekitar dua kali panjang moncong, dengan jumlah 27 Individu tergolong kelelawar pemakan nektar.

"Dugaannya pakan utama dikawasan mangrove ini yaitu pohon rambai (Sonneratia caseolaris) yang mendominasi vegetasi hutan mangrove kawasan tersebut," tegasnya.

Baca: Fakta Jasad Dikubur di Mushala, Kecurigaan Anak dan Pengakuan Ibu, 3 Orang Minta Perlindungan Polisi

Baca: VIRAL Kaki Pria Ini Patah Terjepit di Eskalator Gara-gara Sandal Jepitnya Nyangkut di Sela Pegangan

Lebih lanjut, Muhammad Rezha Fahlevi ketua Tim Riset Kelelawar SBI mengungkapkan, Kelelawar yang paling banyak didapat adalah Macroglossus minimus.

Kelelawar ini, jelas dia, memiliki peran penting dalam ekosistem magrove di Stasiun Riset Bekantan. Berdasarkan pengukuran morfometri yang diambil dari total jumlah dari rata-rata dihasilkan, panjang kepala dan tubuh (HBL) adalah 76,70 mm, hewan ini tidak memiliki ekor, kemudian panjang telinga (TV) yaitu 12,93 mm.

Ukuran yang paling penting adalah panjang lengan atas (FA) yaitu 41,78 mm sedangkan menurut literatur Suyanto (2001) berkisar antara 37,74 - 45,95 mm. Ukuran panjang kaki (HF) adalah 6,56 mm dan panjang rentang sayap (WS) adalah 312,59 mm.

Macroglossus minimus mempunyai keunikan tersendiri yang dimana warna tubuh coklat kekuningan, kemudian mempunyai lidah yang panjang bisa mencapai kali kali panjang moncong.

"Saat pengamatan sendiri, kami menemukan beberapa individu ini mempunyai tonjolan garis disekitaran leher pada dada. Dugaan sementara ini disebabkan karena adanya kelenjar, seperti pada spesies di Eonycteris sp yang mempunyai kelenjar pada daerah alat repoduksi. Informasi menurut Hood & Smith (2013) beberapa studi histlogis medokumentasikan mengenai sifat kelenjar integument dimorfik seksual dalam kelelawar Pteropididae hal ini sering dikaitkan dengan rambut atau bercak pada kulit yang bermodifikasi dan tidak ada sekresi," jelas Rezha peneliti muda alumnus Universitas Lambung Mangkurat ini.

Baca: Anggota MPU Aceh Dihukum 28 Cambukkan di Depan Umum karena Terciduk Berzina, Ini Fakta dan Sosoknya

Pengamatan kelelawar (family Pteropidade) Macroglossus minimus di daerah lahan basah terutama mangrove yang berada di Stasiun Riset Bekantan, merupakan informasi baru dari banyaknya tempat kelelawar mencari pakan makanan.

Hewan yang beraktifitas malam hari yang jarang diketahui keberadaanya memanfaatkan tempat ini menjadikan sumber utama pakan seperti pohon rambai (Sonneratia caseolaris) yang berbunga mekar saat malam hari saat pengamtan, hal ini menjadi ketertarikan utama kelelawar pemakan nektar (Bats Pollinate).

Kelelawar ini mempunyai keistimewaan dalam penyerbukan, karena lidah mereka yang sangat panjang mempunyai kemampuan untuk mengapai makanan dalam posisi bunga seperti apapun yang tidak bisa dilakukan oleh serangga, burung atapun kelelawar dari pemakan buah, dan serangga.

Keberadaan Kelelawar Nektar Berlidah Panjang ini sangat penting bagi ekosistem hutan mangrove dikawasan Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak terutama bagi penyerbukan pada tumbuhan mangrove. (banjarmasin post.co.id/syaiful anwar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved