Berita Banjarmasin
Maya Tukang Ojek Terpaksa Turun Mengemis, Begini Cerita di Balik Gepeng Gerobak di Banjarmasin
Maya (35) terpaksa harus turun ke jalan mengemis setelah berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang ojek sejak diberlakukannya PSBB Banjarmasin
Penulis: Danti Ayu Sekarini | Editor: Syaiful Akhyar
Editor: Syaiful Akhyar
BANJARMASINPOST.CO.ID,BANJARMASIN- Maya (35) terpaksa harus turun ke jalan mengharap belas kasihan warga yang lewat di sepanjang jalan akibat pekerjaannya sebagai seorang ojek harus diberhentikan sementara waktu sejak diberlakukannya PSBB Banjarmasin.
Maya adalah salah satu dari puluhan warga yang setiap harinya mengais rupiah dan mengharapkan bantuan dari masyarakat yang membagikan rezekinya selama bulan Ramadan di sepanjang Jalan Kayu Tangi Banjarmasin.
"Terpaksa turun mengharap bantuan orang kalau di rumah saja tidak ada pemasukan, saya seorang janda sehari-hari jadi tukang ojek tapi selama PSBB kan tidak diizinkan bawa penumpang," ujar Maya pada Senin, (4/5/2020).
Setiap hari selama Ramadan Maya ditemani anak perempuannya yang berusia lima tahun menunggu datangnya bantuan berupa uang atau pun sembako sejak pukul 11.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita di sekitaran Universitas Lambung Mangkurat, Kayu Tangi Banjarmasin.
Pemasukan yang ia dapatkan setiap harinya berkisar antara Rp 5 ribu hingga Rp 20 ribu tergantung dari banyaknya donatur yang bersedekah.
• Banjarbaru Persiapkan Pos Gabungan PSBB Bersama Kabupaten Banjar
• Penyebab Angka Positif Covid-19 di Kalsel Meningkat Cepat, Kini Dekati 200 Kasus
• Jadwal Libur Cuti Bersama Lebaran 2020 Terbaru, Ada Kemungkinan Digabung di Idul Adha
"Paling sedikit dapat Rp 5 ribu paling banyak Rp 20 ribu tapi dari pada di rumah tidak ada pemasukan sama sekali. Selain untuk makan saya juga perlu uang untuk daftar anak masuk TK. Sampai sekarang belum bisa bayar karena tidak ada uangnya," jelas warga Desa Tatah Mesjid RT 17 Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala ini.
Selain Maya ada pula Miyati (55) pendatang dari Desa Sungai Kali Kabupaten Baritokuala Kecamatan Barambai yang mengadu nasib di Banjarmasin dan sehari-harinya berprofesi sebagai pengumpul sampah dan barang bekas.
Dengan membawa gerobak berisi tumpukan kardus dan barang bekas Miyati bersama suaminya menunggu datangnya bantuan sejak pukul 09.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita di sekitaran Jalan Kayu Tangi Banjarmasin setiap bulan Ramadan sejak empat tahun yang lalu.
"Sehari-hari saya jadi tukang pengumpul sampah dan barang bekas, tapi selama Ramadhan libur dulu saya cari rezeki disini siapa tau ada zakat-zakat dari orang yang lewat," ujarnya.
Meski sudah ditegur sebanyak dua kali Miyati mengaku tidak memeiliki pilihan lain akibat dari turunnya harga jual plastik dan kardus bekas yang ia kumpulkan setiap harinya.
"Sudah pernah ditegur dua kali tapi bagaimana harga plastik sekarang Rp 300 perkilo kardus bekas Rp 500 perkilo, paling banyak saya dapat Rp 25 ribu itupun setelah mengumpulkan banyak sekali," jelas Miyati.
Tidak banyak yang ia dapatkan dari hasil menunggu bantuan selama bulan Ramadan. Miyati mengaku masih nemiliki tanggungan seorang anak kelas 7 SMP yang memerlukan biaya untuk bersekolah di kampung.
• Tanggulangi Dampak Covid-19, Pemprov Kalsel Siapkan 200 Ribu Bansos
• Limbah Perusahaan ke Permukiman, Ini Kata DPRD Kabupaten Banjar
• Mi 10 Resmi Masuk Indonesia, Ini Daftar Harga HP Xiaomi Bulai Mei 2020
"Tidak setiap hari ada yang kasih sedekah, paling ya Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu beras dua liter saja sudah syukur sekali, bahkan kemarin saya dikasih sepasang suami istri dua bungkus isinya kerak nasi sama mie dan kecambah tidak ada ikannya saya sampai mau menangis kenapa ada saja yang tega," tuturnya.
Fenomena munculnya ratusan pengemis atau gepeng musiman hampir terjadi setiap tahun selama bulan Ramadan di Kota Banjarmasin.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/pengemis-musiman.jpg)