Wabah Corona di Kalsel
VIDEO Dewan Desak Pemkab Tala Jamin Kebutuhan Pangan Keluarga yang Dikarantina
Komisi 2 melakukan pertemuan dengan GTP2 Covid-19 Tala, Dinas Kesehatan Tala, RSUD Hadji Boejasin, dan pihak Fasilitas Layanan Khusus
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Kebijakan terkini Pemerintah Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), yang melonggarkan penganrantinaan terhadap orang-orang yang rekatif covid-19 diapresiasi sejumlah kalangan. Termasuk para wakil rakyat di Bumi Tuntung Pandang.
Sejak awal mulai mewabahnya covid-19 di Tala, kebijakan pemkab setempat menganrantina terpusat orang-orang yang reaktif covid-19 sesuai hasil rapid test.
Awalnya tempat karantina di Balai Diklat di Jalan Hutan Kota.
Namun kemudian terjadi lonjakan orang-orang reaktif menyusul pemasifan rapid test, Pemkab Tala mengalihkan tempat karantina terpusat di eks RSUD Hadji Boejasin (RSHB) Pelaihari.
• VIDEO Gugus Tugas Covid Tala dan RTTC Sosialisasi New Normal dengan Kalangan Pendeta
• VIDEO Kabupaten HSU Bertambah 18 Orang Positif Covid-19, Begini Penjelasan Bupati HSU
• VIDEO Perajin Nyiru Tuna Netra di Buluan Kabupaten HST
Sejak dua pekan lalu diperluas dan kembali memanfatakan Balai Diklat seiring terus bertambahnya orang-orang yang terpapar virus ganas itu.
Pekan lalu kegaduhan di eks RSHB. Puluhan orang reaktif covid menyuarakan aspirasi disertai teriakan-teriakan bernada minor dan satir.
Mereka jenuh karena lamanya menanti hasil swab test, selain itu mereka gundah memikirkan nasib keluarga (anak dan istri/suami) yang ditinggalkan.
Apalagi ketika yang dikarantina adala tulang punggung ekonomi keluarga.
Indisen itu langsung disikapi Pemkab Tala dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTP2) Covid-19 Tala bersama forkominda.
Akhirnya diputuskan pelonggaran karantina yakni memberi alternatif bagi orang yang reaktif untuk memilih karantina terpusat atau mandiri.
"Sebagai warga Tala saya sangat senang adanya kebijakan Pak Bupati Tala itu. Soalnya kalau yang dikarantina itu kepala keluarga, kasihan anak dan istri yang ditinggalkan, siapa yang menjamin kebutuhan pangannya," ucap Samsuni, warga Pelaihari, Rabu (10/6/2020).
Apalagi reaktif hasil rapid test belum tentu menunjukkan adanya virus corona karena untuk memastikannya mesti melalui swab test.
Sementara sejak orang reaktif dijemput dan dikarantina, sejak saat itu stigma negatif dirasakan keluarga yang ditinggalkan.
"Bahkan sampai-sampai tetangga pun ada yang tak berani lagi mendekat dan berinteraksi karena risau ketularan corona. Jadinya, terkucilkan dari lingkungan. Kasihan banget kan. Seperti itu dinamika yang sering terjadi saat ini," sebutnya.