Berita Kabupaten Banjar

Surplus Ayam Broiler, Harga Ayam Potong di Kabupaten Banjar Justru Melejit

Dampak dari mahalnya harga ayam juga menjadikan daya beli masyarakat terhadap daging ayam negeri ini turun.

Penulis: Milna Sari | Editor: Eka Dinayanti
Diskominfo Statistik dan Persandian Kabupaten Banjar
Kastani, penjual ayam potong di Pasar Martapura 

Editor: Eka Dinayanti

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Mahalnya harga ayam broiler di Pasar Martapura ungkap salah satu pedagang ayam broiler, Mastani akibat stok yang terbatas.

Dampak dari mahalnya harga ayam juga menjadikan daya beli masyarakat terhadap daging ayam negeri ini turun.

Jika biasanya dari distributor ayam yang datang hingga lima ratus ekor, kini hanya seratus ekor ayam broiler.

"Sehari pun dulu biasanya saya bisa menjual 50 ekor, kini 12 ekor pun menjualnya sampai magrib," ungkapnya kepada Banjarmasinpost.co.id, Kamis (2/7/2020).

Cicilan Rumah Mewah Iis Dahlia Bikin Dewi Perssik Syok, Istri Angga Wijaya Dapati Fakta Ini

Empat Kelurahan di Banjarmasin ini Akhirnya Masuk Zona Hitam Covid-19

Harga ayam potong per ekornya, jelas Kastani, berkisar dari Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu.

Terpantau peminat ayam potong di Pasar Martapura tampak sedikit saat dipantau sekitar pukul 1 siang.

Kepala Dinas peternakan dan Perkebunan Kabuaten Banjar Dondit Bekti mengatakan memang melejitnya harga ayam potong kali ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

Baru kali ini di Kabupaten Banjar ujarnya saat gelar video conference harga ayam melejit hingga Rp 30 ribu per kilogram.

"Dari kandang saja harga ayam sudah Rp 30 ribu per kilogram, kalau sudah di pasar minimal harganya Rp 35 per kilogram," terangnya.

Dampak pandemi kini sebutnya dalam dua bulan terakhir ada penurunan daya beli masyarakat.

Demi menjaga harga ayam broiler agar tak turun, perusahaan terangnya, mengurangi populasi ayam di semua plasma.

Akibatnya ketersediaan ayam sangat berkurang atau tipis hingga berdampak melejitnya harga ayam.

"Peternak saat ini sangat diuntungkan bahkan bisa tertawa terbahak-bahak, karena pendapatan dari pola kemitraan sedangkan konsumen saat ini menangis," tambahnya.

Pada Kabupaten Banjar sendiri, jelasnya, ada 95 plasma dan enam inti.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved