Geliat Pengrajin Lokal Kapuas

Produk Kerajinan Rotan Kapuas Kalteng Ini Sempat Tembus Omset Rp 150 Juta Per Bulan

Kerajinan rotan Desa Pulau Telo BarU Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas, tak luput terimbas penurunan omset dampak pandemi Covid-19

Penulis: Fadly Setia Rahman | Editor: Syaiful Akhyar
banjarmasinpost.co.id/Fadly Setia Rahman
Slamet menunjukkan olahan kerajinan rotan di UD Nabil Reyhan Rotan di kawasan One Village One Product (OVOP) Kerajinan Rotan, Desa Pulau Telo Baru, Kapuas. 

Editor: Syaiful Akhyar

BANJARMASINPOST.CO.ID, KUALAKAPUAS - Slamet, pelaku usaha kerajinan rotan di Desa Pulau Telo Baru, Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas, mengakui adanya penurunan omset penjualan dampak pandemi Covid-19.

"Secara omset memang jauh menurun selama pandemi ini, tapi kami berupaya terus melanjutkan usaha," kata Slamet.

Pemilik UD Nabil Reyhan Rotan di kawasan One Village One Product (OVOP) Kerajinan Rotan Desa Pulau Telo Baru tersebut pun mencoba mengasah kreativitas kerajinan yang diolah.

Lebih variatif dari segi pembuatan dan mencoba menarik lagi minat pembeli dan langganan dengan produk olahan ragam kerajinan dari rotan. Mulai dari tas, tikar, keranjang, topi, tudung saji dan lain sebagainya.

Baca juga: Dermaga Batanjung dan Bahaur Jadi Pendukung Pengiriman Logistik Food Estate Kalteng

Baca juga: Usulkan Dua Raperda Inisiatif, DPRD Banjarbaru Peduli Kepemudaan dan Lingkungan di Kota Banjarbaru

Baca juga: Pilkada Kalteng 2020 - Sugianto Sabran Selalu Ingatkan Protokol Kesehatan kepada Pendukung

Pemasaran kerajinan rotan miliknya sudah sampai ke banyak wilayah. Banjarmasin dan Kalsel pada umumnya, Palangkaraya dan Kalteng umumnya, Bali, Jawa dan bahkan tembus pasar internasional.

"Kalau ekspor ada, cuma tidak langsung dari kami, tapi melalui Banjarmasin. Kalau ambil keseluruhan, sebulan itu bisa tembus omset Rp 150 juta," ungkapnya.

Namun omset besar itu didapat sebelum covid-19 mewabah. "Pandemi ini sangat berpengaruh, pesanan menurun, tentu omset menurun, biasanya pesanan besar dari Banjarmasin bisa sampai enam kali sebulan, kini paling satu kali," cerita Slamet.

Meski demikian, bersama para karyawan yang diberdayakan dari beberapa desa di kawasan tempat tinggalnya, mereka mencoba bangkit.

"Kalau bahan baku rotan nya masih banyak. Kalau harga jual kerajinan, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu, tergantung jenis olahannya," pungkasnya.

(banjarmasinpost.co.id/Fadly SR)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved