Penagananan Covid 19

Tangani Pandemi Covid-19 dan Jaga Stabilitas Ekonomi, Mahfud MD Ibaratkan Gas dan Rem

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, pemerintah sudah membuat Peraturan Pemerintah (PP).

Editor: M.Risman Noor
KOMPAS.com/Dian Erika
Menko Polhukam Mahfud MD di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (21/2/2019). Pilkada Serentak 2020 tetap dilaksanakan meski pola kerjanya berubah karena wabah Virus Corona. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, pemerintah sudah membuat Peraturan Pemerintah (PP) mengenai penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PC-PEN).

Melalui Perpres tersebut, kata Mahfud, penanganan Covid-19 harus berjalan seimbang dengan pemulihan ekonomi nasional.

Mahfud mengatakan, di tengah ketidakpastian situasi, penanganan corona harus dilakukan bersamaan dengan pemulihan ekonomi.

Sehingga diharapkan kesehatan masyarakat dan ekonomi terkendali dengan baik.

Baca juga: Prof Wiku Adisasmito Minta Masyarakat Cermat Pilah Informasi Terkait Vaksin Covid-19

Baca juga: Liburan Panjang, Satgas Covid-19 Nasional Sarankan Hindari Tempat Wisata dan Keramaian

”Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu ibarat rem dan gas. Jangan terlalu cepat yang satu misalnya kita terlalu ngegas agar Covid-19 terus yang dilawan, namun lupa membangun ekonomi ya,” kata Mahfud saat memberi sambutan dalam acara HUT ke-70 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara virtual, Sabtu (24/10/2020).

"Jadi ini harus berjalan bersama. Karena apa? Karena dengan PC PEN nanti yang ketiga pendidikan juga akan mulai diatur ke sana. Sehingga pemerintah itu mengatakan PC-PEN itu ibarat rem dan gas," imbuhnya.

Mahfud menuturkan, di kalangan dokter pun kebijakan penanganan Covid-19 tak seragam. Bahkan, di tingkat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) perbedaan tersebut juga sering terjadi.

Baca juga: Karantina Khusus Covid-19 di Gedung SKB Dinas Pendidikan Tapin Diaktifkan

Ia menyebut, perbedaan itu merupakan hal yang wajar lantaran corona memang membuat seluruh pihak panik.

"Saya minta maaf, di kalangan kedokteran sendiri soal kebijakan menanggulangi Covid-19 ini juga tidak seragam. Ada yang setuju ini, ada setuju itu, dan sebagainya.

Di Bank Dunia kan juga begitu, di WHO, organisasi kesehatan dunia, itu sama-sama sering berbeda satu orang dan orang lain," ujarnya.

"Orang yang sama kadang bicara begini, besoknya beda lagi. Karena memang Covid-19 ini membuat kita panik sekarang ini," lanjutnya.

Untuk itu, kata Mahfud, pemerintah harus mengambil kebijakan yang tegas dalam penanganan Covid-19. Dia menyebut pemerintah membuka diri terhadap kritik dari kebijakan yang diambil.

 Nah, itu lah yang sekarang kita kerjakan dari sudut kebijakan. Kita perbaiki bersama-sama melalui kritik masukan dan sebagainya yang kemudian diolah secara institusional pemerintahan," ujarnya.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo menyampaikan terima kasih dan dan apresiasinya atas pengabdian, perjuangan, dan pengorbanan para dokter Indonesia yang berada di garis terdepan dalam pencegahan dan penanganan masalah kesehatan di tanah air.

"Di tengah pandemi ini, masyarakat melihat dan merasakan ketangguhan para dokter memilih jalan sebagai pejuang kemanusiaan, mengorbankan waktu dan tenaga untuk menyelamatkan sesama, membuat yang sakit kembali sehat, dan mengajak yang sehat tetap menjaga kesehatannya," kata Jokowi dalam sambutannya, Sabtu (24/10).

Jokowi juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya para dokter yang terpapar virus corona selama bertugas.
Menurutnya, keteladanan dokter di masa pandemi menginspirasi jutaan anak bangsa untuk bersama-sama berjuang mengatasi pandemi virus corona.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved