Panglima Wangkang Dayak Bakumpai

Panglima Wangkang Pejuang Kalsel Senantiasa Suci Wudhu Perangi Belanda, Ini Amanatnya Sebelum Wafat

Panglima Wangkang pejuang Dayak Bakumpai Kalsel melawan penjajahan Belanda gugur di rembang petang, hari selasa tahun 1872.

Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Syaiful Akhyar
banjarmasinpost.co.id/Muhammad Tabri
Makam Panglima Wangkang Dayak Bakumpai di Marabahan Kabupaten Batola Kalsel 

Editor: Syaiful Akhyar

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Panglima Wangkang pejuang Dayak Bakumpai Kalsel melawan penjajahan Belanda gugur di rembang petang, hari selasa tahun 1872.

Jasadnya dimakamkan pada malam Jumat berikutnya. 

Ada beberapa hal menarik mengenai pemakaman jasad Panglima Masyarakat Bakumpai ini. Yakni tidak dimandikan dan tidak menggunakan peti mati. 

Hal itu dilakukan sesuai amanat beliau sendiri yang berbunyi "Kalau yaku matei mayatku ela impandui, karena setiap yaku batulak manyarang Balanda yaku jadi baudu. Yaku rela matei malawan Balanda".

Amanat Panglima Wangkang diucapkan dalam bahasa Bakumpai itu dapat diterjemahkan sebagai berikut:

Baca juga: Sakti dan Kebal Senjata, Panglima Wangkang Pejuang Dayak Bakumpai Kalsel Paling Disegani Belanda

Baca juga: Mengenal Sosok Panglima Wangkang, Pejuang Dayak Bakumpai di Kalimantan Selatan Gigih Perangi Belanda

Baca juga: Gugur Ditembak Peluru Emas, Jasad Panglima Wangkang Pejuang Kalsel Tak Ditemukan Belanda

"Kalau saya mati, mayat saya jangan dimandikan, karena setiap saya berangkat menyerang Belanda, saya sudah berwudhu dan saya rela mati melawan Belanda".

Hal inilah yang mendasari kenapa tidak dimandikan, karena sudah dalam keadaan suci wudhu dan jatuh dalam peperangan melawan penjajah sendiri adalah mati syahid dalam ajaran Islam.

(banjarmasinpost.co.id/Muhammad Tabri) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved