Panglima Wangkang Dayak Bakumpai
Sakti dan Kebal Senjata, Panglima Wangkang Pejuang Dayak Bakumpai Kalsel Paling Disegani Belanda
Setelah berhasil melumpuhkan benteng Belanda di Banjarmasin, Perjuangan Panglima Wangkang Dayak Bakumpai Marabahan, Batola Kalsel, belum berakhir.
Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Syaiful Akhyar
Editor: Syaiful Akhyar
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Setelah berhasil melumpuhkan benteng Belanda di Banjarmasin, Perjuangan Panglima Wangkang bersama pasukannya belum berakhir.
Belanda menganggap Wangkang adalah sosok yang patut disegani. Karena selain sakti dan kebal senjata ia sekaligus sebagai ancaman Belanda untuk melancarkan urusannya di Borneo.
Menurut Buku Sejarah Perjuangan Rakyat Barito Kuala, berkisar sekitar pertengahan tahun 1860, tentara Belanda balas menyerang markas pertahanan Balandian.
Tembak menembak terjadi, meskipun tidak berlangsung lama, markas pedalaman itu telah dapat dikuasai Belanda.
Baca juga: Mengenal Sosok Panglima Wangkang, Pejuang Dayak Bakumpai di Kalimantan Selatan Gigih Perangi Belanda
Baca juga: Dua Pelaku Persetubuhan Anak di Bawah Umur di Kotabaru Diamankan Polisi, Berdalih Ada Hubungan Pacar
Baca juga: Polisi Bekuk Pembobol Rumah Kosong di Palangkaraya Kalteng Menjarah Brankas Perhiasan Berlian
Melihat gelagat yang kurang menguntungkan itu. Wangkang memerintahkan anak buahnya menyelamatkan diri ke hutan.
Markas mereka dipindah ke sungai Badandan. Tempatnya di Saka Durahman (di hulu Sungai Tunjang). Di tempat ini mereka tidak saja membangun markas pedalaman. Tetapi juga membangun benteng yang terbuat dari kayu mahang.
Sehingga benteng itu dikenal dengan sebutan Benteng Mahang. Untuk mengenang tempat bersejarah itu, nama Saka Durahman diganti dengan nama Simpang Mahang.
Pada tahun 1972 pertempuran berkecamuk lagi di Sungai Badandan. Benteng Mahang diberondong tentara Belanda dengan meriam hingga hancur berantakan.
Pasukan Panglima Wangkang terpaksa menghindar dan masuk kehutan.
Pasukan tentara Belanda yang baru didatangkan dari Batavia itu rupanya memang sudah terlatih dengan matang sehingga bagaimanapun sulitnya medan, selalu dapat mereka atasi.
Dalam pertempuran yang berlangsung hampir sehari penuh itu, Panglima Wangkang gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa, sebutir peluru emas tepat bersarang di mata hagi (dalam bahasa Banjar mata hagi itu adalah bagian bawah dahi di atas hidung tepat diantara dua alis mata).

Menurut informasi orang tetua, andai saja bukan peluru emas, mungkin Tuhan yang maha pengasih masih tetap melindungi Wangkang dari marabahaya. Karena Wangkang dikenal kebal dari senjata apa saja yang terbuat dari besi, timah, perak dan tembaga.
(Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Tabri)