Covid 19 China

Kasus Covid-19 China Kembali Meroket Gegara Varian Delta, Kini Menyebar di Lima Provinsi

Berawal dari wabah varian delta yang pertama kali ditemukan di kota Nanjing, China, kini telah menyebar ke lima provinsi dan Beijing

STR / AFP
Foto yang diambil pada 30 Juli 2021 menunjukkan seorang anak laki-laki yang menerima tes asam nukleat untuk virus corona Covid-19 di Huaian, di provinsi Jiangsu, China timur, saat China berlomba untuk menahan wabah virus corona terburuk dalam beberapa bulan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, NANJING - Kasus covid-19 di China kembali mengalami lonjakan akibat masuknya varian delta.

Berawal dari wabah varian delta yang pertama kali ditemukan di kota Nanjing, China, kini telah menyebar ke lima provinsi dan Beijing. Media pemerintah menyebutnya sebagai penularan paling luas setelah Wuhan.

Begitu ganasnya varian delta, kini hampir 200 orang telah terinfeksi sejak virus itu pertama kali terdeteksi di bandara tersibuk kota itu pada 20 Juli 2021, atau 11 hari lalu.

Seperti dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Infeksi Covid-19 di China Melonjak, Penularan Virus di Nanjing Disebut Paling Parah setelah Wuhan

Mengutip BBC, semua penerbangan dari bandara Nanjing pun ditangguhkan hingga 11 Agustus, menurut media setempat.

Para pejabat juga memulai pengujian di seluruh kota di tengah kritik atas "kegagalan" mereka.

Sekitar 9,3 juta penduduk kota, termasuk mereka yang berkunjung akan diuji, lapor berita Xinhua.

Baca juga: Update Covid-19 Batola: 62 Sembuh, 117 Positif, 693 Orang Masih Dalam Perawatan

Baca juga: Keterbatasan Tenaga, RSUD Abdul Aziz Marabahan Buka Rekrutmen Penanganan Covid-19

Unggahan di media sosial menunjukkan orang mengantre dan pihak berwenang dilaporkan mendesak orang untuk memakai masker, berdiri terpisah satu meter dan menghindari berbicara saat mereka menunggu.

Para pejabat mengklaim varian virus Delta yang sangat menular berada di balik infeksi.

Saat ini, kasus telah menyebar lebih cepat mengingat betapa sibuknya bandara.

Bagi sebagian besar negara, lonjakan kasus Covid-19 China bukan sekedar kesalahan pada grafik pencatat.

Pasalnya negara ini sebelumnya telah menghancurkan lonjakan Covid-19 dengan penguncian, karantina, dan kontrol yang diberlakukan secara ketat pada perjalanan internasional.

Setelah wabah Covid-19 pertama, yang pertama kali tercatat di Wuhan pada Desember 2019, gejolak kasus di China relatif kecil menurut standar internasional dan dalam konteks populasi 1,4 miliar penduduk.

Tetapi 184 infeksi yang terdeteksi di kota Nanjing dalam 10 hari terakhir akan menguji apakah pendekatan toleransi nol negara itu, yang dengan cepat menangani wabah sebelumnya, dapat mengandung varian delta yang sangat menular.

Foto yang diambil pada 30 Juli 2021 menunjukkan seorang anak laki-laki yang menerima tes asam nukleat untuk virus corona Covid-19 di Huaian, di provinsi Jiangsu, China timur, saat China berlomba untuk menahan wabah virus corona terburuk dalam beberapa bulan.
Foto yang diambil pada 30 Juli 2021 menunjukkan seorang anak laki-laki yang menerima tes asam nukleat untuk virus corona Covid-19 di Huaian, di provinsi Jiangsu, China timur, saat China berlomba untuk menahan wabah virus corona terburuk dalam beberapa bulan. (STR / AFP)

Dilansir dari kompas.com, wabah itu diyakini telah dimulai di Nanjing, sebuah kota berpenduduk lebih dari 9 juta orang, sekitar 150 mil sebelah barat Shanghai.

Pada 20 Juli, sembilan petugas kebersihan di Bandara Internasional Nanjing Lukou dinyatakan positif Covid-19 setelah membersihkan pesawat yang tiba dari Rusia, menurut media yang dikelola pemerintah.

Infeksi kini telah dicatat di lima provinsi berbeda termasuk Beijing. Otoritas kesehatan setempat telah mengidentifikasi kasus itu sebagai varian delta.

Pejabat di Nanjing sekarang dalam "siaga tinggi" dan berencana menguji semua penduduk kota. Sebanyak 1,9 juta orang telah diuji dalam satu hari, kantor berita Xinhua melaporkan Kamis (29/7/2021).

Amerika Serikat (AS) memiliki 202,4 infeksi untuk setiap satu juta orang Kamis (29/7/2021), menurut Universitas Johns Hopkins. Sementara tingkat infeksi China 0,04.

Namun kasus harian di China sekarang berada pada level tertinggi sejak Januari. Puluhan juta orang dikurung ketika pihak berwenang berjuang untuk menekan kasus yang berpusat di sekitar provinsi Hebei.

Melansir NBC News pada Jumat (30/7/2021), wabah saat ini mendorong teguran keras dari Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin, cabang disiplin senior Partai Komunis China.

Baca juga: UPDATE Covid-19 Kabupaten Kapuas, Terkonfirmasi Positif Covid-19 Tambah 80 Kasus

Baca juga: Pasien Covid-19 Bergejala Bertambah, RSUD Abdul Aziz Tambah Bed Perawatan

Sementara itu, Ding Jie, seorang pejabat kesehatan di Nanjing, mengatakan kepada wartawan bahwa kasus-kasus infeksi terkait dengan petugas kebersihan yang bekerja dalam penerbangan dari Rusia yang tiba di kota itu pada 10 Juli.

Petugas kebersihan tidak mengikuti langkah-langkah kebersihan yang ketat, lapor Xinhua News.

Manajemen bandara telah ditegur, dengan badan disiplin senior Partai Komunis mengatakan memiliki "masalah seperti kurangnya pengawasan dan manajemen yang tidak profesional".

Pengujian telah menunjukkan bahwa virus tersebut kini telah menyebar ke setidaknya 13 kota termasuk Chengdu dan ibu kota Beijing.

Namun, para ahli yang dikutip oleh Global Times mengatakan mereka yakin wabah itu masih pada tahap awal dan dapat dikendalikan.

Pejabat lokal di Nanjing mengatakan bahwa tujuh dari mereka yang terinfeksi berada dalam kondisi kritis.

Spekulasi soal vaksin

Lonjakan kasus baru telah membuat beberapa media sosial China berspekulasi tentang apakah vaksin China bekerja melawan varian Delta.

Tidak jelas apakah mereka yang terinfeksi telah divaksinasi.

Sejumlah negara Asia Tenggara yang mengandalkan vaksin China baru-baru ini mengumumkan akan menggunakan suntikan lain.

China sejauh ini berhasil mengendalikan sebagian besar virus dengan menutup perbatasan dan bergerak cepat untuk membasmi wabah lokal.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved