Guru Kapuh Wafat

Guru Kapuh Wafat, Ketua MUI Banjar : Zuriat Sang Guru Itu Berpulang

Ketua MUI Kabupaten Banjar, KH Muhammad Husein menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Guru Kapuh, Sang Penerus Dakwah Datu Taniran di Kota

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Edi Nugroho
Ketua MUI Kabupaten Banjar
Ketua MUI Kabupaten Banjar, KH Muhammad Husein bersua dengan Guru Kapuh dalam suatu kesempatan 

Editor: Edi Nugroho

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Ketua MUI Kabupaten Banjar, KH Muhammad Husein menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Guru Kapuh, Sang Penerus Dakwah Datu Taniran di Kota Kandangan.

Menurut Ketua Yayasan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari ini,
Nama lengkap Guru Kapuh adalah K.H. Muhammad Ridwan Baseri. Lahir di Desa Kapuh, Kandangan-Kalimantan selatan
Beliau adalah Ketua MUI Hulu Sungai Selatan periode 2017-2022

Guru Kapuh adalahb keturunan Ulama besar Kandangan, yaitu Datu Taniran dan juga keturunan Ulama Besar Kalsel, yaitu Datu Kalampayan, jalur Nasab beliau :
.
Hj. Jauhar binti H. Athailah bin H. Abdul Qadir bin H. Sa'aduddin (Datu Taniran) bin H.M. As'ad bin Syarifah binti Syekh H. Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Baca juga: Guru Kapuh Wafat, Pemakaman Dilakukan Secara Tertutup, Hanya Dihadiri Kerabat Dekat dan Keluarga

Baca juga: Biografi Guru Kapuh, KH M Ridwan Baseri Gelar Pengajian di Majelis Taklim Al-Hidayah Sejak 2005

Baca juga: Guru Kapuh Meninggal Dunia, Ribuan Jemaah Salatkan Jenazah di Halaman Rumah Sakit Hasan Basry

Baca juga: Profil Guru Kapuh yang Wafat Hari ini, Keturunan Datu Kalampayan Bernama Asli KH M Ridwan Baseri

Majelis Taklimnya bernama majelis Al-Hidayah terletak di Desa Kapuh Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan ibu kotanya Kandangan kalsel.

Majelis ini mulai membuka pengajian sejak tahun 2005 yang dipimpin oleh seorang ulama yang cukup karismatik di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. K.H. Muhammad Ridwan bin Tuan Guru Hasan Baseri yang dikenal dengan sebutan Guru Ridwan atau Guru Kapuh.

Pengajian di tempat ini mulai ramai didatangi jama’ah semenjak wafatnya Ulama karismatik Kalimantan Selatan K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul Martapura Kabupaten Banjar.

Kepergian Guru Sekumpul menyisakan kenangan yang sangat dalam di hati masyarakat Kalimantan Selatan khususnya, sehingga menimbulkan kerinduan akan petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang pernah ia sampaikan.

Untuk mengisi kekosongan inilah, murid-murid dari K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani tampil ke tengah masyarakat meneruskan perjuangan dakwah Sang Guru untuk memberikan pencerahan kepada umat dengan membuka majelis taklim atau pengajian di tempat masing-masing.

Sebagaimana diketahui bahwa K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani banyak memiliki murid-murid pilihan yang tersebar di berbagai daerah di Kalimantan Selatan, seperti alm. K.H Ahmad Bakeri Gambut, K.H. Asmuni Danau Panggang, K.H. Bahran Jamil Barabai, K.H. Ahmad Juhdiannor Banjarmasin dan sebagainya. Mereka menyampaikan pengajian sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Sang Guru, baik dari segi materi maupun kitab yang dibacakan.

Salah satu murid dari K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani yang berdomisili di Kandangan adalah K.H. Muhammad Ridwan Baseri yang juga meneruskan jejak gurunya dalam berdakwah dengan membuka majelis taklim di Masjid dekat tempat tinggalnya secara umum dan terpusat di tempat itu, karena sebelumnya ia juga sudah mengisi pengajian di beberapa tempat baik langgar/mushalla dan tempat-tempat lainya, tapi hanya untuk kalangan terbatas jama’ah langgar/mushalla tersebut.

Sejak tahun 2005 ia kemudian memutuskan untuk membuka pengajian yang terfokus di satu tempat yaitu di Masjid Al-Hidayah Desa Kapuh dan ia pun berhenti mengisi pengajian-pengajian kecil di seluruh langgar (mushalla) yang ada di Hulu Sungai Selatan, secara otomatis seluruh pengajian yang sebelumnya di datangi di beberapa tempat menyatu di Masjid Al-Hidayah, sehingga pengajian yang ia adakan menjadi semarak dan Majelis Taklim tersebut diberi nama Al-Hidayah sesuai nama masjid tempat pengajian berlangsung

Sejak tahun 2005 hingga saatini di Majelis Taklim Al-Hidayah telah menamatkan beberapa kitab yang sebagian besar berisi ajaran tasawuf dan sudah pernah diajarkan di pengajian Guru Sekumpul Martapura,

Menurut K.H. Muhammad Ridwan Baseri, saat itu tujuan membuka Majelis Taklim Al-Hidayah ini hanya untuk mengulang dan melanjutkan pengajian di Sekumpul.

Sedangkan untuk saat ini kitab yang diajarkan dan wirid yang dibaca sebelum pembacaan kitab adalah Malam Jum’at membaca Kitab al-Hikam karya Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, yang didahului dengan pembacaan Burdah.
Sore Jum’at membaca Kitab Ihyâ Ulûm ad-Dîn karya Imam Al-Ghazali, yang didahului dengan pembacaan Ratib Al-Aththas. Minggu pagi membaca Kitab Melayu Penawar Bagi Hati karya Syekh Abdul Qadir bin Abdul Mutholib Al-Mandili, yang didahului dengan pembacaan Maulid Simthu ad-Durar (Maulid Habsyi).

Selain itu, setiap bulan Rajab di Majelis Taklim Al-Hidayah juga dilaksanakan haul K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul), yaitu beberapa hari setelah haul akbar di Sekumpul Martapura.
(banjarmasinpost.co.id/ mukhtar wahid)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved