Berita Tapin
Hidden of Tapin, Kisah Sekelompok Anak Muda Selamatkan Hutan Adat dan Kearifan Lokal Dayak Meratus
Hidden Of Tapin mengisahkan tentang perjalanan sekelompok anak muda asal Kabupaten Tapin yang mengangkat tentang kearifan lokal Dayak Meratus
Penulis: Stanislaus Sene | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Digarap selama kurang lebih empat tahun, Meratus Production berhasil merilis film dokumenter berjudul Hidden of Tapin.
Film Hidden Of Tapin ini mengisahkan tentang perjalanan sekelompok anak muda asal Kabupaten Tapin yang mengangkat tentang kearifan lokal Dayak Meratus di kawasan Kecamatan Piani.
Film yang secara perdana diputar di kedai Ruai Rindu, Rantau, Kabupaten Tapin, pada Sabtu (12/6/2021) lalu berdurasi 1 jam 21 menit.
Hingga saat ini film dokumenter ini sudah diputarkan selama empat kali.
Baca juga: Pemkab Tapin Gelar Apel Kehormatan dan Renungan Suci Di TMP Puspa Raya
Baca juga: Awasi Pasien Isoman, Satgas Covid-19 Kabupaten Tapin Berharap Kesadaran Prokes Warga Meningkat
Pertama di Kedai Ruai Rindu, kedua di Daerah Piani ketiga di Kecamatan Binuang dan keempat di Kafe Yota, Tapin.
Sutradara Film Hidden Of Tapin, Hendra Gunawan kepada Banjarmasinpost.co.id mengatakan film dokumenter ini menceritakan tentang ekspedisi sekelompok anak muda ke dua perkampungan dayak di lereng Pegunungan Meratus.
Tepatnya di Desa Pipitak Jaya dan Harakit, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin.
"Dua Desa yang menjadi tujuan dalam expedisi kami mulai pada tahun 2017 ini sebelum terlaksananya pembangunan mega proyek Bendungan Tapin yang telah diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo," jelasnya, Rabu (18/8/2021).
Baca juga: Narkoba Kalsel, Terciduk Simpan Sabu, Dua Pria Diringkus Satresnarkoba Polres Banjarbaru
Baca juga: Kebakaran Kalsel, Gudang Plastik CV TAP Banjarbaru Terbakar Dinihari, Kerugian Ditaksir Rp5 Miliar
Pria yang akrab disapa Ogun ini mengatakan sebelum perkampungan tersebut ditenggelamkan, warga di dua perkampungan ini sudah berpindah ke sekitar bendungan.
"Meskipun demikian, masyarakat di sana masih merasa perlu untuk mengarsipkan potret desa sebelum berpindah. Sebagai pengingat bahwa perkampungan aslinya benar-benar pernah ada," jelasnya.
Ogun berharap setelah pemutaran film dokumenter ini membukakan mata masyarakat Tapin, khususnya anak-anak muda dari kalangan sekolah hingga remaja pada umumnya.
“Khusus generasi muda dan masyarakat umum agar lebih peduli terhadap alam dan kebudayaan di Kabupaten Tapin," jelasnya.
(Banjarmasinpost.co.id/Stanislaus sene)
