Berita Tanahlaut
Cegah Banjir yang Terjadi Tiap Hujan Deras, Begini Suara Warga Desa Asamasam Kabupaten Tanahlaut
Tiap terjadi hujan deras yang berlangsung sekitar dua hingga tiga jam, Desa Asamasam Tala selalu terpapar banjir.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Asamasam di wilayah Kecamatan Jorong menjadi salah satu desa di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), yang rawan banjir.
Tiap terjadi hujan deras yang berlangsung sekitar dua hingga tiga jam, desa tersebut selalu terpapar banjir.
Terutama permukiman yang berada di bantaran sungai setempat yakni di lingkungan RT 5,6,7,8 dan 10.
Tercatat sekitar 130 unit rumah warga yang kerap jadi langganan banjir.
Data dihimpun banjarmasinpost.co.id, Senin (27/9/2021), terkini permukiman di lima RT tersebut terluapi air sungai setempat pada 11 September 2021 lalu.
Baca juga: Satpol PP Tanahlaut Kembali OTT Pangkalan, Owner Ngaku Pindahkan Elpiji Melon karena Pernah Kecurian
Baca juga: Atasi Krisis Pakan Sapi, Peternak Desa Kandanganbaru Kabupaten Tanahlaut Lakukan Upaya ini
Namun intensitas banjir tergolong ringan, tak separah sebelumnya.
Lantaran sering kebanjiran, warga setempat tak kaget lagi saat terpapar banjir.
Umumnya mereka memiliki apar-apar atau tempat meletakkan barang ketika banjir melanda.
Sebagian lagi membikin loteng sederhana.
Meski begitu tetap saja banjir menyebabkan aktivitas mereka terganggu.
Setidaknya bepergian menjadi tidak lancar karena jalan lingkungan turut tenggelam.
"Sampai sepinggang orang dewasa dan bahkan lebih genangannya di rumah saya, bahkan dulu hingga satu meter lebih. Kalau di jalanan ya tambah dalam genangannya," ucap Hadari, warga RT 6.
Permukiman di RT 6 paling parah banjirnya.
Seratus persen rumah warga setempat kebanjiran ketika banjir melanda.
Sedangkan di RT lainnya sebagian rumah masih aman karena berada di daratan tinggi.
Hadari menuturkan dalam setahun kadang banjir terjadi hingga beberapa kali.
"Seingat saya paling sering tahun 2019 lalu, sepuluh kali banjir," sebutnya.
Baca juga: Penipuan di Kalsel, Tersangka Komplotan Gendam Ditangkap Polisi, Modus Menukar Kartu ATM
Baca juga: Narkoba Tapin - Satresnarkoba Polres Tapin Bekuk Delapan Pengedar Sabu
Ia menyebut penyebab banjir tak cuma tingginya intensitas curah hujan di wilayah hulu (gunung).
Tapi juga kondisi sungai dan saluran yang kian dangkal.
"Di hilir dekat muara sungai juga ada tambang pasir. Sedikit banyak ya ada juga pengaruhnya karena kan pastinya ada longsorannya kena arus," sebutnya.
Dari lingkungan RT 6 hingga ke muara sungai yang tehubung dengan laut Jawa sekitar satu jam perjalanan naik kelotok.
Melewati jembatan batas wilayah lingkungan RT 8 lalu belok kanan ke arah PLTU Asamasam.
Kondisi alur sungai tersebut dangkal sehingga saat air dari gunung mengalir akhirnya kerap meluapi permukiman yang ada di bantaran.
"Sebenarnya perlu sungai dikeruk, tapi kalau dikeruk kasihan lagi rumah-rumah warga yang ada di bantaran. Berisiko tergerus longsoran. Serba salah jadinya," kata Hadari.
Menurutnya, yang memungkinkan dikeruk yakni saluran-saluran kecil yang ada di sekitar RT 10.
Kondisinya telah dangkal dan jika dikeruk setidaknya bisa menjadi penampung air.
(banjarmasinpost.co.id/roy)
