Obat Covid 19
Mengenal Molnupiravir, Obat Oral yang Diusulkan untuk Obat Covid-19 dari Merck Amerika Serikat
Perusahaan farmasi Amerika Serikat, Merck meminta otorisasi di AS untuk penggunaan Molnupiravir sebagai obat covid-19.
Para ahli penyakit menular menekankan bahwa mencegah Covid-19 melalui penggunaan vaksin secara luas tetap merupakan cara terbaik untuk mengendalikan pandemi.
Akan tetapi, mereka juga mengatakan bahwa penyakit ini akan tetap ada dan perawatan yang lebih nyaman akan semakin diperlukan.
"Kita perlu memiliki alternatif oral untuk menekan virus ini. Ada orang yang tidak divaksinasi yang sakit, orang yang perlindungan vaksinnya berkurang, dan orang yang tidak dapat divaksinasi," kata Dr. Robert Schooley, ahli penyakit menular dan profesor di UC San Diego School of Medicine.
Tak hanya pil Covid-19 Pfizer, obat Covid-19 sebagai perawatan oral juga sedang dikembangkan Enanta Pharmaceuticals (ENTA.O), Pardes Biosciences, Shionogi & Co Ltd Jepang (4507.T) dan Novartis AG (NOVN.S).
Baca juga: UPDATE Covid-19 Dunia 1 Oktober 2021 Tembus 234.488.826 Kasus, Filipin Perlu 10 Tahun untuk Bangkit
Baca juga: Kasus Covid-19 Dunia 20 September 2021, Indonesia Terlempar dari 10 Besar Kematian Tertinggi Harian
Mereka mengatakan bahwa penelitian mereka telah merancang antivirus yang secara khusus menargetkan virus corona.
Pardes Biosciences juga telah memulai uji coba obat Covid-19 yang mereka kembangkan, pada tahap awal pada bulan lalu, sedangkan Shinogi asal Jepang, juga berencana memulai uji klinis skala besar pada akhir tahun ini, dan Enanta akan memulai uji coba obar Covid-19 mereka pada manusia di awal tahun depan.
Kepala Eksekutif Enanta Jay Luly mengatakan penggunaan kembali obat yang awalnya dikembangkan untuk infeksi virus lain bukanlah pendekatan yang tidak masuk akal. Akan tetapi tidak diketahui seberapa kuat mereka melawan Covid-19 atau seberapa baik mereka dapat menargetkan jaringan paru-paru, tempat virus itu bertahan.
Cara kerja obat antivirus Covid-19
Beberapa kelas obat antivirus sedang dieksplorasi. Inhibitor polimerase seperti obat Atea, yang pertama kali dikembangkan untuk hepatitis C, bertujuan untuk mengganggu kemampuan virus corona untuk membuat salinan dirinya sendiri.
Sedangkan protease inhibitor, seperti pil Covid-19 Pfizer, dirancang untuk memblokir enzim yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak lebih awal dalam siklus hidupnya.
Obat antivirus sangat kompleks untuk dikembangkan karena mereka harus menargetkan virus setelah mereplikasi di dalam sel manusia tanpa merusak sel sehat. Selain itu, antivirus juga perlu diberikan lebih awal untuk menjadi yang paling efektif.
Saat ini, antibodi intravena dan injeksi adalah satu-satunya perawatan yang disetujui untuk pasien Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit.
Obat Covid-19 yang dikembangkan Pardes Biosciences juga menggunakan inhibitor protease Covid-19, seperti yang dikembangkan pada pil Pfizer.
"Kami mencoba menghentikan proses yang memungkinkan virus membuat pabrik replikasi," kata Uri Lopatin, CEO Pardes.
Molnupiravir Merck, yang dikembangkan dengan Ridgeback Biotherapeutics, pernah dibayangkan sebagai obat flu dan bekerja dengan memasukkan kesalahan ke dalam kode genetik virus.
“Aktivitas spektrum luas molnupiravir terhadap virus RNA, termasuk virus pernapasan lainnya, menunjukkan bahwa itu harus menjadi molekul yang tahan lama dan berguna,” kata Jay Grobler, yang mengawasi penyakit menular dan vaksin di Merck.