Harga Bitcoin
Harga Bitcoin 11 Oktober 2021, Tembus di Level 56.000 US$ Menuju 60.000 US$
Harga Bitcoin menuju level US$ 60.000. Pada Senin (11/10), harga aset kripto tertua di dunia ini ada di US$ 56.000.
Namun semua transaksi baik berupa pembelian atau penjualan kripto harus menggunakan mata uang rupiah, yang merupakan alat pembayaran sah di Indonesia.
"Jadi transaksi aset kripto dilakukan dengan uang rupiah, tidak dengan mata uang asing," ujar dia.
Sahudi mengatakan, kripto yang telah ditransaksikan, akan disimpan oleh pedagang komoditi aset kripto di depository, baik yang sifatnya hot wallet maupun cold wallet di pengelola tempat penyimpanan.
Adapun cold wallet dan hot wallet merupakan tempat penyimpanan aset kripto. Perbedaan utama keduanya adalah hot wallet terhubung dengan internet, sedangkan cold wallet tidak terhubung.
Lantaran sifat hot wallet yang daring, investor dapat mengakses aset kripto yang dimiliki dengan mudah, namun lebih rentan terhadap ancaman peretasan.
Baca juga: Arab Saudi Buka Umrah untuk Indonesia, Begini Respon Asosiasi Travel Umrah Kalsel
Sementara cold wallet karena bersifat offline menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi dari ancaman digital, tapi rentan terhadap ancaman fisik.
Suhadi menambahkan, dalam mekanisme transaksi aset kripto, lembaga kliring berjangka akan melakukan verifikasi terhadap jumlah keuangan dengan aset kripto yang terdapat pada pengelola tempat penyimpanan.
Sementara itu, pedagang aset fisik aset kripto, lembaga kliring berjangka, dan pengelola tempat penyimpanan akan melaporkan data transaksi secara periodik kepada Bappebti dan bursa berjangka sebagai referensi harga dan pengawasan pasar.
"Hal-hal ini untuk pengamanan aset kripto, terutama bagi masyarakat yang melakukan transaksi aset kripto," pungkasnya.
Dilansir Kontan.id, harga Bitcoin pada Kamis (17/6/2021) sempat jatuh ke level US$ 38.000, menyusul penyataan pejabat The Fed yang menyebutkan kenaikan suku bunga pada akhir 2023, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Mengacu data Coin Desk, harga Bitcoin pada Rabu sempat terlempar ke posisi US$ 38.131,33. Tapi, pukul 13.47 WIB, harga uang kripto ini ada di US$ 39.197,17 atau turun 3,25 persen dari posisi 24 jam sebelumnya.
The Fed juga mengerek perkiraan inflasi tahun ini menjadi 3 persen, dari proyeksi Maret lalu sebesar 2,2 persen. Sebagian besar karena faktor sementara.
"Proyeksi yang ditingkatkan masih mendukung argumen bahwa The Fed bisa mengumumkan rencana tapering yang bergantung pada kemajuan di akhir musim panas, dengan tapering dimulai pada Januari 2022," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda, kepada CoinDesk.
Moya memperkirakan, aset berisiko, termasuk kripto, akan menghadapi beberapa tekanan jangka pendek karena tanda-tanda inflasi yang mengkhawatirkan.
Kenaikan harga bisa mengakibatkan kebijakan tapering The Fed lebih cepat dari perkiraan.
Menurut QCP Capital, pernyataan bank sentral AS yang hawkish membebani harga kripto.
"Semua taruhan dibatalkan, dan pasar (kripto) akan mengunjungi kembali posisi terendah baru-baru ini," sebut QCP Capital. (Banjarmasinpost.co.id/Mariana)