Makam Sultan Suriansyah Banjarmasin

Pemugaran Awal Makam Sultan Suriansyah Banjarmasin Berawal dari Musibah Datuk Tamin

Melansir Buku Panduan Ziarah dan Sejarah Wisata Religi Makam Sultan Suriansyah, lokasi makam dahulu berada di belakang rumah penduduk.

Penulis: Kristin Juli Saputri | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/kristin juli saputri
Makam Sultan Suriansyah, salah satu situs budaya yang religius di Banjarmasin. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kompleks Makam Sultan Suriansyah yang terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin ditetapkan sebagai benda cagar budaya.

Tahu kah Kompleks Makam Sultan Suriansyah pernah dilakukan pemugaran? Melansir dari Buku Panduan Ziarah dan Sejarah Wisata Religi Makam Sultan Suriansyah, lokasi makam Sultan Suriansyah dahulunya tepat berada di belakang rumah penduduk.

Dahulu, sebagian penduduk yang tua-tua mengetahui bahwa lokasi tersebut adalah makam raja-raja Banjar ulama tempo dulu.

Namun karena pada saat itu masyarakat masih dalam masa perjuangan melawan penjajah Belanda maka tidak ada satu pun perhatian dari pihak pemerintah Hindia Belanda terhadap keberadaan situs makam raja-raja ini, maka jadilah ia tempat yang kurang diperhatikan dan sangat tidak terawat.

Baca juga: Di Makam yang Kini Jadi Wisata Religi Banjarmasin, Terbaring Raja Banjar Pertama Bersama sang Ratu

Di masa itu perdagangan lewat jalur laut masih ramai, masyarakat Kuin banyak yang melakukan perdagangan antar pulau, baik ke Jawa, Gersik, Tawau bahkan sampai ke Malaysia dan Singapura.

Pelabuhan utama masih pelabuhan Bandarmasih yang terdapat di muara sungai Kelayan.

Banyak kapal dan perahu Phinisi bersandar di sana.

Pada masa itu salah satu tokoh masyarakat kuin yang sering melakukan perniagaan antar pulau adalah Datuk Tamin Bin H. Abdullah yang sanadnya bersambung ke Sultan Suriansyah lewat jalur Nasab Pangeran Aria Antasari bin Sultan Mustainubillah (Raja Banjar yang berkedudukan di Kota Martapura).

Datuk Tamin bersahabat dengan Habib Abbas Al Bahasyim, orang tuanya Habib Hamid Al-Bahasyim (basirih).

Setiap mau bepergian, beliau tidak lupa mampir ke rumah sahabatnya Habib abbas Al Bahasyim dan sering bertanya tentang masalah perniagaan kepada anaknya Habib Hamid Al-Bahasyim, apakah perdagangan yang dilakukan nanti mendatangkan keuntungan atau kerugian.

Suatu waktu Habib Basirih memberikan isyarah dengan kalimat "Gelombang ganal... gelombang ganal," yang maksudnya gelombang laut besar, jangan berlayar, dan beliau mengharapkan agar Datuk Tamin menunda perniagaan.

Perintah itu tidak diindahkan oleh Datuk Tamin, dengan alasan kalo ditunda pun, maka banyak hasil bumi yang diniagakan rusak dan tak laku bila dijual di Pulau Jawa.

Tentu hal ini akan membawa kerugian lebih besar lagi.

Kapal berangkat menuju Pelabuhan Gersik.

Di laut Jawa, dekat Pulau Bawean, kapal tiba-tiba dihantam gelombang besar dan lambungnya pecah.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved