Batatamba Banua

Gelar Batatamba Banua di Desa Kapul Balangan, Balian dan Tokoh Adat Dayak Pimpin Rangkaian Aruh

pelaksana kegiatan aruh adat suku dayak di Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalsel dipimpin balian dan tokoh adat dayak

Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Hari Widodo
banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti
Balian dan tokoh adat dayak Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan menjalankan aruh batatamba banua, Minggu (6/3/2022). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN - Di tengah rumah pemimpin kelompok pelaksana kegiatan aruh adat suku dayak di Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalsel, beberapa balian beserta tokoh adat menghadapi sesajian yang disiapkan untuk kegiatan. 

Sesajian ini diyakini sebagai bentuk hadiah atau pemberian kepada alam lain untuk tidak bercampur dengan alam manusia. Begitulah yang diyakini oleh warga setempat dalam melaksanakan kegiatan adat yang setiap tahun berlangsung. 

Dikemas dalam acara aruh adat Batatamba Banua atau tolak bala, para balian dan tokoh adat ini diyakini berkomunikasi dengan alam lain saat memimpin pelaksanaan. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat setempat selalu terpelihara dan kondisi lingkungan tetap stabil dalam menjalankan keseharian. 

Sedikitnya, ada 47 kepala keluarga yang menjalankan aruh ini, dan mereka secara berkelompok mempersiapkan keperluan aruh hingga akhir. 

Baca juga: Batatamba Banua, Aruh Adat Suku Dayak di Balangan untuk Penyembuhan 

Baca juga: Minyak Pusaka Dayak Maanyan Warukin Tabalong, Minyak untuk Penambah Tenaga dan Minyak Pelindung Diri

Baca juga: Aruh Ambatur Suku Dayak Digelar, Begini Suasana Kebersamaan di Desa Kapul Balangan

Ketua Adat Suku Dayak setempat, Gupen menyampaikan, para balian dan tokoh adat yang memimpin ritual akan berkomunikasi dengan menggunakan berbagai bahasa. Melalui kalimat yang sudah diajarkan secara turun temurun, penyampaian untuk tolak bala dilangsungkan. 

"Sebagai puncak prosesi, kami melakukan bamamang yang dipimpin oleh balian yang menyampaikan komunikasi bahwa kami memberikan hadiah untuk alam yang tidak terlihat agar tidak memasuki pola pikir dalam keseharian," ucap Gupen. 

Hadiah yang dimaksud ialah sesajian dalam bentuk makanan berupa masakan tradisional. Di antaranya janang putih, kuning, hijau dan merah. Dimana sesajian tersebut di tempatkan pada satu wadah yang disebut talam serta perahu kecil. 

(Banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti) 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved