Banjir di Kalsel

Bahas Banjir, Tujuh Kepala Desa se Jejangkit Kabupaten Barito Kuala akan Datangi DPRD Kalsel

Tujuh Kepala Desa se Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), akan bertemu anggota DPRD Kalsel untuk tuntutan atasi banjir.

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/MUKHTAR WAHID
Bencana banjir di wilayah Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan, Sabtu (8/4/2023). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Tujuh Kepala Desa se Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), akan memenuhi undangan Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Selatan, Supian HK, Kamis (13/4/2023), untuk beraudensi.

Kepala Desa Jejangkit Pasar, Muhammad Taufik, membenarkan ada undangan audensi tersebut.

Dirinya mengaku sudah menyiapkan perwakilan warga yang terdampak bencana banjir, yakni sekitar 60 orang.

"Warga akan naiki 3 bus dan 2 minibus, selebihnya mungkin kendaraan roda dua," katanya saat dikonfirmasi , Rabu (12/4/2023).

Dia  mengaku kehadirannya bersama warga terdampak tetap pada tuntutan yang pernah disampaikan dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan (DLH Kalsel).

Baca juga: Bantuan Korban Banjir Jejangkit dari Perkebunan Sawit Belum Dibagikan, Terungkap Alasannya

Baca juga: Banjir di Kalsel, Penyakit Gatal dan Disentri Ancam Warga Jejangkit Kabupaten Barito Kuala

"Hasil mediasi di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan kemarin itu seperti tidak dilaksanakan pihak perusahaan perkebunan sawit karena bersifat meminta saja," katanya.

Di acara audiensi dengan dewan, warga ingin keputusan nanti bersifat tidak meminta, tetapi wajib melaksanakan tuntutan.

Sedangkan tuntutannya adalah supaya saluran air dari perkebunan kelapa sawit tidak dialirkan ke Sungai Jejangkit dan Sungai Kali Alalak. Serta, membuka saluran air ke Sungai Barito.

Ditambahkan Kades Jamhari, nanti tidak membawa warga yang terdampak. Sebab, aspirasi yang disampaikan tidak jauh dari aspirasi yang pernah dimediasi di DLH Kalsel.

"Saya mungkin berkendaraan roda dua saja. Soalnya, jembatan di desa kami diperbaiki," katanya.

Baca juga: Bayi Dibuang di Guntung Manggis Banjarbaru, Dugaan Polisi tentang Lokasi Temuan Dekat Panti Asuhan

Baca juga: Ditemukan Dalam Kondisi Lemah, Begini Kini Kesehatan Bayi Perempuan Dibuang di Guntung Manggis

Baca juga: BREAKING NEWS : Sesosok Bayi Ditemukan di Depan Rumah Warga Guntung Manggis Banjarbaru

Sementara itu, Nurul Atikah, warga Desa Jejangkit Pasar, mengaku sudah dua tahun ini persawahan terlantar gegara banjir. Sebelumnya, tidak pernah seperti ini.

"Kalau pun mencari ikan di areal persawahan yang banjir itu, hasil tidak memadai," katanya.

Budi daya pertanian dengan sistem apung, menurutnya, juga bukan solusi. Karena sebelumnya, kawasan pertanian padi di Jejangkit tidak pernah banjir seperti ini.

"Sebelumnya, banjir juga pernah terjadi, tetapi warga masih bisa bertani. Kalau diterapkan budi daya pertanian padi apung, banjir tidak teratasi," harapnya.

Sebelumnya, Penjabat (Pj) Bupati Batola Mujiyat menginginkan agar sungai di Kecamatan Cerbon dan Kecamatan Rantau Badauh dibersihkan dan diberi pompa air untuk dialirkan ke Sungai Barito.

Baca juga: Apresiasi Tangkap Dokter Gadungan, Korban dari Jawa Kirim Karangan Bunga ke Polsek Binuang Kalsel

Baca juga: Aksi Jambret di Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Terekam CCTV, Korban Sampai Terjatuh

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved