Idul Adha 2023

Penyembelihan Hewan Kurban Sesuai Syariat, Dokter Meldy Sebut Hasilkan Daging Sehat Konsumsi

Cara penyembelihan secara syariat Islam berdaarkan penelitian ternyata menghasilkan daging sehat konsumsi

Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id
Ilustrasi - SUASANA perobohan sapi menggunakan alat jagal di lingkungan LDII Tala, Kamis (29/6/2023). Alat ini mempermudah prosesi penyembelihan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Hari raya Idul Adha tiap 10 Zulhijah dimaknai dengan penyembelihan atau pemotongan hewan kurban. Hal itu sebagai wujud ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT, selain hikmah lainnya , yaitu berbagi dengan sesama.

Pemotongan hewan kurban sendiri, dilakukan sesuai tata cara  dan adab memperlakukan hewan kurban sesuai syariat Islam.

Dokter Mely Muzada, Sp Pd Finasim, Wakil Sekretaris Pimpinan Muhammadiyah Kalsel, saat memberikan khutbah Idul Adha, Rabu 28 Juni 2023 lalu, di Lapangan Keramat Barabai memaparkan terkait penyembelihan sesuai syariah Islam tersebut, pada Khutbah berjudul Menjumputi Ridha Tuhan di Tiap Tetas Darah Kurban.

Dijelaskan, penelitian ilmiah dilakukan oleh dua staff ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman yaitu Prof Dr Schultz dan Dr Hazim.

Baca juga: Hati Hewan Kurban Dicek Keswan, Bantuan Pj Bupati Batola di Desa Jejangkit Muara Dinyatakan Sehat

Baca juga: Idul Adha 2023, Ustadz Syamsir Keliling Sembelih Sapi hingga 8 Ekor

Baca juga: Sapi Kurban Lepas Lalu Ditemukan Anggota TNI dari Kota Banjarbaru, Begini Akhir Kisahnya

Keduanya memimpin penelitian terstruktur untuk menjawab, manakan yang lebih sakit dan paling tidak sakit.

Penyembelihan secara syariat Islam murni tanpa proses hewannya dibikin pingsan atau melalui proses pemingsanan cara Barat?

“Dilakukan pemasangan microchip EEG di permukaan otak sapi yang menyentuh titik  panel raa sakit, untuk merekam dan mencatat derajat sakit ketika disembelih. Juga dipasang Elektro cardiograf (ECG ditubuhnya beberapa minggu. Setelah adaptasi dianggap cukup sapi disembelih sesuai syariat Islam murni. Separuhnya dnegan pemingsanan ala Barat,”urainya.

Secara syariat Islam, pemotongan dilakukan dengan pisau tajam dengan memotong tiga saluran, yaitu leher depan, saluran makanan dan saluran nafas pembuluh darah meiputi arteri karotis dan vena jugularis.

Selama penelitian, kata Meldy EEG dan ECK pada seluruh tubuh dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan hingga ternak benar-benar mati.

Hasilnya, penyembelihan secara syariat Islam setelah enam detik pertama ECG merekam aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar.

Hal tersebut refleksi gerakan koordinas antara jantung dan sumsum tulang belakang.

Dijelaskan, pada saat darah keluar melalui tiga saluran yang terputus di bagian leher, grafik EEG tidak naik, justru turun sampai ke angka nol.

Hal ini diterjemahkan kedua peneliti bahwa tidak ada rasa sakit sama sekali. Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal hingga menghasilkan daging yang sehat dan layak dikonsumsi manusia dan sesuai prinsip makanan sehat.

Sedangkan hasil yang didapat pada penelitian melalui proses pemingsanan, pada saat proses pemingsanan sapi terhuyung jatuh dan roboh.

Setelah itu tak bergerak lagi sehingga mudah dikendalikan dan mudah dipotong tanpa meronta.

“Tampaknya tanpa mengalami sakit. Saat disembelih darah yang keluar hanya sedikit,”katanya.

Tercatat, setelah proses pemingsanan, ada kenaikan nyata grafik EEG yang mengindikasikan tekanan rasa sakit yang diderita hewan ternak, karena kepalanya dipukul sampai jatuh pingsan.

ECG pun jelas Meldy, yang mengutif hasil penelitian meningkat tajam dengan kombinasi grafik ECG drop ke batas paling bawah.

Baca juga: Pengurus Masjid Al Huda Desa Mandingin Kabupaten HST Akui Hewan Kurban Tahun Ini Meningkat

Hal tersebut mengindikasikan sakit luar biasa sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal.

AKibatnya kemampuan menarik darah dari seluruh organ tubuh  dan tidak mampu lagi memompanya keluar tubuh sehingga terjadi pembekuan di dalam urat-urat daging. Jadinya menghasilkan daging tak sehat dan tak layak dikonsumsi manusia.

“Dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, timbunan darah beku tidak keluar saat disembelih menjadi media sangat baik tumbuhkembang bakteri pembusuk. Agen utama merusak kualitas daging,”jelasnya lagi. (Banjarmasinpost.co.id/Hanani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved