Haji 2023

Jemaah Haji Telantar 10 Jam di Muzdalifah, Sejumlah Calhaj Kalsel Pingsan

Sejumlah calon jemaah haji (calhaj) dari berbagai kelompok terbang (kloter) tertahan di Muzdalifah, beberapa jemaah haji asal Kalsel sempat pingsan

Editor: Irfani Rahman
Kementerian Agama RI
Ilustrasi Pelaksanaan Ibadah Haji di Mekkah. Tahun ini sempat terjadi jemaah haji asal Indonesia termasuk dari Kalsel tertahan di Muzdalifah hingga sempat pingsan 

JAKARTA, BPOST - Jemaah haji Indonesia tertahan sekitar 10 jam di Muzdalifah. Dalam sebuah pesan whatsapp berantai dinarasikan bahwa jemaah haji mengalami kehausan dan kelaparan. Mereka kekurangan logistik di tengah cuaca terik Arab Saudi yang mencapai 44 derajat celcius.

“Mohon doanya, ribuan jamaah tertunda di Muzdalifah dari sejak malam sampai menjelang dzuhur, mereka kehausan dan kelaparan. 44 derajat Celsius membuat mereka tergeletak lemas,” tulis pesan tersebut.
Muzdalifah sendiri adalah daerah terbuka di antara Makkah dan Mina di Arab Saudi. Muzdalifah merupakan tempat jemaah haji untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah.

Kabar kondisi para jemaah haji Indonesia yang telantar ini disampaikan Anggota Komisi VIII DPR KH Maman Imanulhaq kepada wartawan, Rabu (28/6) malam. Menurut Panitia Haji, peristiwa ini terjadi karena bus terlambat menjemput, akibat terjebak jemaah lain yang memenuhi dan memadati jalan.

Oleh sebab itu, bus tidak bisa masuk untuk mengangkut jemaah asal Indonesia. “Mohon doanya, ribuan jemaah tertunda di Muzdalifah dari sejak malam sampai menjelang dzuhur, mereka kehausan dan kelaparan,” ujar Maman dalam pesan tertulis seraya berharap, pemerintah dapat lekas mengirimkan bantuan air dan makanan, serta evakuasi.

Baca juga: Calon Haji Telantar, Salah Siapa?

Baca juga: Menjadi Haji Mabrur

Nasib tak kalah memprihatinkan dirasakan anggota kelompok terbang (kloter) 12 dan 13 asal Embarkasi Banjarmasin. Di Padang Arafah mereka harus berbagi maktab. Salah seorang anggota jemaah Kloter 12, Tapiriji, Rabu (28/9) malam waktu Arab Saudi, mengatakan maktab mereka juga ditempati kloter 13. Akibatnya kloter 12 dan 13 terpaksa berdesak-desakan di tempat yang sama. “Kaya dipais (seperti dipepes),” ujarnya.

Selain harus duduk dan tidur berdesak-desakan, mereka pun harus merasakan panasnya udara hingga kesulitan bernapas. “Sejumlah anggota jemaah pingsan. Kasihan yang lansia,” tambah warga Banua Anyar, Banjarmasin ini.

Persoalan lainnya adalah pasokan makanan dan minuman. “Kami harus mengumpulkan air dari botol-botol sisa orang untuk minum,” kata Tapriji kepada BPost melalui sambungan telepon.

Keluhan juga disampaikan seorang perempuan anggota kloter 12. “Kami baru dijemput bus untuk menuju Mina, siang,” kata perempuan itu.
Rombongan juga terpisah-pisah saat menuju Mina. “Petugas haji kami ternyata malah berangkat duluan, pagi,” ucapnya.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Kalsel, M Tambrin mengaku sudah menerima laporan tersebut. Tambrin juga memastikan bahwa keluhan serupa telah mendapat respons Kemenag RI.

“Dirjen PHU Kemenag menyesalkan kejadian tersebut. Kemenag tentu terus mengawal perkembangan kondisi jemaah di sana,” kata Tambrin, Kamis (29/6).

Tambrin meminta para jemaah untuk tetap mengikuti arahan dan penjelasan dari petugas. Dia juga mengimbau agar jemaah selalu menjaga kesehatan hingga bisa pulang ke tanah air. Terlebih, cuaca di Saudi kini menembus 40 derajat celcius.

Anggota Timwas Haji DPR, Syarief Abdullah juga membenarkan dan menerima foto dan video dari jemaah RI yang terlantar di Muzdalifah. “Informasi yang masuk ke saya, banyak yang pingsan. Ini berita duka cita dari Indonesia. Saya berharap betul ini ditangani,” ujarnya.

Dia mendapat informasi, jemaah kloter 25 asal Kalimantan Barat masih telantar hingga pukul 12.20 waktu setempat. Anggota Timwas Haji DPR lainnya, John Kenedy Azis, sudah menelepon Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU).

Dirjen PHU, kata John, memang mengakui situasi di Muzdalifah agak berat. “Saat ini mereka sedang mengupayakan evakuasi, namun memang katanya antrean busnya masih panjang,” ujarnya.(arp/msr/fah/alg/rin/wly)

Protes Keras ke Mashariq

KEMENTERIAN Agama (Kemenag) merespons kejadian tersebut. Dalam keterangan tertulis yang diterima BPost (Tribun Network) dipastikan bahwa semua jemaah haji Indonesia telah meninggalkan Muzdalifah.

Kemacetan yang berlangsung di jalur Mina-Muzdalifah itu sudah terurai.
 
Bus yang membawa jemaah lebih lancar sampai Muzdalifah sehingga mempercepat proses pemberangkatan. “Alhamdulillah, kemacetan sudah terurai. Bus mulai membawa jemaah menuju Mina,” terang Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief.

Ikut mendampingi, Direktur Bina Haji Arsad Hidayat, Kasatop Armina Harun Al Rasyid, Kabid Siskohat Hasan Affandi dan sejumlah petugas. “Sekitar jam 13.30 waktu Arab Saudi semua jemaah haji Indonesia sudah naik bus menuju Mina,” sambung Hilman.

Menurutnya, keterlambatan proses evakuasi terjadi antara lain karena kemacetan yang terjadi di jalur taraddudi (shuttle) bus yang mengantar jemaah dari Muzdalifah ke Mina. Jalur itu juga banyak dilalui oleh jemaah haji dari berbagai negara yang akan melakukan lontar jumrah setibanya di Mina. Sehingga menambah kepadatan jalan raya.

Kedua, keterlambatan pemberangkatan jemaah dari Muzdalifah tidak hanya dialami Indonesia. Jemaah dari sejumlah negara juga mengalami hal sama, antara lain Filiphina, Malaysia, dan lainnya. “Hanya, Indonesia adalah jemaah terbanyak. Sehingga paling terdampak,” ujarnya.

Selain itu, layanan konsumsi di Mina juga tidak terdistribusi dengan baik dan lancar. Potensi lainnya adalah ketersediaan kasur yang tidak sesuai jumlah jemaah. “Kita sudah sampaikan protes keras ke Mashariq terkait persoalan yang terjadi di Muzdalifah. Kita juga meminta agar tidak ada persoalan dalam penyediaan layanan di Mina,” ujar Hilman.

Mashariq atau Motawifs Pilgrims for South-East Asia Countries Company adalah perusahaan investasi untuk pelayanan haji dan umrah yang bermarkas di Makkah.

Hilman mengatakan protes keras yang disampaikan ke Mashariq, karena penyediaan layanan di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka. Mekanisme ini juga dilakukan oleh semua negara, proses penyediaan layanan dalam skema kemitraan dengan otoritas Mashariq.(Tribun Network/fah/alg/rin/wly)

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Renungan untuk TNI

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved