Karhutla Kalsel

Pantau Karhutla Kalsel via Udara, Ini yang Dilakukan Pilot Helikopter agar Tetap Konsentrasi

Pilot bersama Helikopter Landing Officer (HLO) menyusuri sejumlah wilayah untuk pantau Karhutla Kalsel dengan total jarak 300 km.

Penulis: Muhammad Rahmadi | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/MUHAMMAD RAHMADI
Helikopter membawa kru Satgas Udara Pemantau Karhutla mulai lepas landas dari Bandara Internasional Syamsudin Noor di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan, Jumat (4/8/2023). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Karhutla Kalsel. Berada pada ketinggian 150 meter di atas permukaan bumi,  dengan durasi tiga jam, sudah menjadi rutinitas kru Helikopter Pemantau Kebakaran Hutan dan Lahan Kalimantan Selatan.

Selama itu, pilot bersama Helikopter Landing Officer (HLO) menyusuri sejumlah wilayah dengan total jarak 300 km.

Tak jarang situasi tersebut membuat kru Helikopter Pemantau Karhutla merasa bosan, hingga mengundang kantuk.

Baca juga: Pantau Karhutla Kalsel dari Udara, Begini Kesiapan Pilot Sebelum Menerbangkan Helikopter

Baca juga: Jaksa KPK Usulkan Uang Puluhan Juta Rupiah Jadi Bukti Perkara TPPU Mantan Bupati HST Abdul Latif

Baca juga: Pejalan Kaki Tewas Tertabrak Mobil di Bersujud Kabupaten Tanbu, Korban Seorang Nenek Usia 68 Tahun

Agar tetap fokus dan terjaga selama bertugas, berbagai upaya dilakukan oleh kru pemantau karhutla, seperti membawa camilan, kacang-kacangan dan sejenisnya.

"Bisa permen juga, atau ngobrol sama kru di sampaing, biar fokus tetap terjaga," kata pilot Helikopter Pemantau Karhutla, Munawar Fatoni, Jumat (4/7/2023).

Hal serupa juga diungkapkan Frangky P Siagian, rekan satu profesi Munawar.

Baca juga: Kronologis Kebakaran di Kayu Bawang Kabupataen HST Kalsel Akibatkan 6 Rumah Rata dengan Tanah

Baca juga: Kebakaran di Desa Kayu Bawang HST Hanguskan Enam Rumah, Ini Data Korban Terdampak

Baca juga: BREAKING NEWS : Kebakaran di HST, Api Ludeskan Enam Unit Rumah di Desa Kayu Bawang

Menurutnyam fokus dan konsentrasi merupakan hal mutlak, dalam bertugas memantau karhutla via udara.

"Maka dari itu, sebelum terbang, kondisi kesehatan kami perlu dipastikan dalam keadaan baik dan tidak sedang dalam pengaruh alkohol," jelasnya.

Kondisi kesehatan kru penerbangan, ujar Frangky, bersifat wajib, demi kelancaran dan keselamatan saat bertugas.

Baca juga: Kebakaran di Belawang Kabupaten Batola Kalsel, Penyaluran Bantuan untuk Korban Dimusyawarahkan

Baca juga: Mahasiswa ULM Galang Donasi Melalui Medos untuk Korban Kebakaran di Belawang Kabupaten Batola Kalsel

Baca juga: BREAKING NEWS : Kebakaran di Desa Belawang Batola, Puluhan Warga Kehilangan Tempat Tinggal

"Kalau sakit saat di atas pasti menyulitkan, misalnya mual akibat mabuk udara apalagi sampai muntah-muntah," ucapnya.

Selain itu, lanjutnya, kondisi kesehatan juga mempengaruhi pengambilan keputusan,

Misalkan, saat mengahadapi cuaca buruk.

"Misalnya terlihat cuaca buruk di depan, kalau kondisi badan sehatkan bisa memperhitungkan, berputar arah atau tetap melanjutkan jalur yang ada. Jadi, sangat penting, saat terbang, dalam kondisi prima," ujarnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Rahmadi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved