Kabar Gembira, Penumpang Kelotok Bisa Langsung Naik Bus Trans Banjarmasin, Tambah 13 Koridor

Senada juga disampaikan oleh Syarif, yang sudah tujuh tahun berjualan di dermaga itu. “Dalam sehari paling hanya dua kelotok yang datang dari Tamban. Paling cuma 10 orang saja yang datang untuk berbelanja,” kata Syarif sembari ia membuat teh pesanan Apri.

Berbeda dengan beberapa tahun silam, di mana setiap hari ada empat kapal bahkan lebih yang tambat. asing-masing kapal membawa penumpang yang notabene merupakan pedagang di Tamban.

“Bahkan dulu itu ada kelotok yang datang hanya untuk mengambil barang saja, tanpa membawa penumpang. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi,” ucap pemilik warung yang sudah membuka warungnya sejak pagi.

Di kawasan Pasar Baru itu juga sudah disiapkan halte untuk bus dan angkot. Namun, tidak ada angkot yang ngetem di halte itu, bus pun hanya melintas di kawasan itu. “Sekarang sudah sepi sekali. Tidak seperti dulu lagi,” ucap Abdul Hamid, juru parkir di samping halte tersebut.

Menurut Hamid, hanya ada segelintir warga yang menggunakan transportasi seperti bus atau angkot untuk membawa barang dagangannya.

“Sekarang sudah banyak yang menggunakan kendaraan pribadi, entah mereka pakai mobil atau motor,” ungkapnya.

Perkataan Hamid itu juga diamini oleh Muhammad Aini, pedagang sepatu di kawasan Anjir, Kabupaten Baritokuala. Ia yang setiap pekannya mengambil barang dagangan di Pasar Baru itu mengaku lebih memilih menggunakan sepeda motor daripada angkutan lain.

“Kalau dulu memang, saya menggunakan kelotok biasanya untuk mengangkut dagangan di sini,” tuturnya.

“Karena kan dulu jalan ke Anjir itu masih rusak, susah kalau pakai sepeda motor. Makanya lebih memilih jalur sungai.”

Namun sekarang, seiring bertambah mudahnya akses jalan. Aini lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi yang ia bawa ketimbang harus menggunakan jalur sungai atau angkutan darat yang lain. (wie/sul)

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post