BFocus Economic

Zul Tukarkan Rp 2 Juta ke Pecahan Rp 2.000 untuk Dibagikan Selama Ramadan

Tiap Ramadan dan Idulfitri masyarakat muslim banyak berbelanja dan bersedekah. Hal itu membuat kebutuhan uang pecahan meningkat pesat

Penulis: Salmah | Editor: Mulyadi Danu Saputra
Kompas.com
Ilustrasi penjual jasa penukar uang baru. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Tiap Ramadan dan Idulfitri masyarakat muslim banyak berbelanja dan bersedekah. Hal itu membuat kebutuhan uang pecahan meningkat pesat.


Sedekah di bulan puasa merupakan anjuran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW menyampaikan banyak keistimewaannya. Lukman, satu warga Kota Banjarmasin, mengaku pernah mendengar ceramah bahwa sedekah itu mendatangkan kebaikan bagi si penerima dan juga si pemberi.

"Dengan bersedekah harta menjadi berkah, juga menghapus dosa dan mencegah perbuatan maksiat," ucapnya.
Selain itu, keutamaan lain dari sedekah di bulan suci yaitu mendapatkan pahala berlipat ganda daripada sedekah di bulan lain. "Itulah kenapa banyak orang bersedekah saat Ramadan. Mengejar pahala dan keistimewaannya," ujar Lukman.

Seiring meningkatnya amaliah sedekah, tentunya banyak memerlukan uang pecahan. Dan biasanya masyarakat jauh-jauh hari menukarkan uang ke bank.

Seperti halnya Zulkifli, warga Kota Banjarbaru yang berprofesi sebagai kontraktor bangunan. Sejak pekan pertama Ramadan 1445 Hijriah, dia sudah menyiapkan uang pecahan.

"Nilainya tidak banyak. Sekitar Rp 2 juta yang saya tukarkan menjadi pecahan kertas Rp 2 000. Kalau ada rezeki lagi, akan saya tambah," tuturnya.

Uang pecahan tersebut hasil penukaran di bank. Sebagian dia bagikan selama Ramadan dan sebagian lagi untuk Idulfitri nanti.

Atas fenomena tahunan itu pemerintah pusat melalui Bank Indonesia berupaya menyediakan uang tunai yang dapat ditukarkan masyarakat. Sebagai gambaran, Bank Indonesia (BI) telah melakukan front loading uang tunai senilai Rp 197,6 triliun untuk periode Ramadan dan Idul Fitri 2024. Jumlah tersebut meningkat 4,65 persen dibandingkan dengan realisasi peredaran uang pada Ramadan dan Idul Fitri 2023 yang sekitar Rp 189 triliun.

Meski meningkat, tetapi pertumbuhan uang tunai pada periode Ramadan dan Idul Fitri pada tahun ini lebih rendah dari realisasi pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 4,8 persen year on year (YoY).

Deputi Gubernur BI, Doni P Joewono mengungkapkan, perlambatan pertumbuhan tersebut seiring dengan akseptasi digital yang juga meningkat.

“Jadi untuk persentase peningkatan tersebut memang sudah kami perkirakan. Kami pertimbangkan, jadi kenaikan uang yang disiapkan pada tahun ini naik sekitar 4,65 persen,” terang Doni dikutip Kontan.co.id.

Namun diingatkan Plt Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Kalsel, H Muhammad Amin, saat uang sudah ada di tangan, hendaknya kita perlu bijak menggunakan.

"Agar masyarakat bijak gunakan Rupiah dan bijak berbelanja. Supaya tidak terjadi lonjakan harga dan lainnya," pesan Amin. (banjarmasinpost/salmah saurin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved