Kabar Kaltim

Curah Hujan Tinggi, Warga Kelurahan Karang Balik Kota Tarakan Was-was Ada Longsor Susulan

Curah hujan tinggi, warga Kelurahan Karang Balik Kota Tarakan Kalimanta Timur merasa Was-was ada longsor usulan.

Editor: Edi Nugroho
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
PENAMPAKAN DARI ATAS - Kondisi longsor dan penampakan dari atas lereng menunggu sentuhan pemerintah 

BANJARMASINPOST.CO.ID, TARAKAN - Curah hujan tinggi, warga Kelurahan Karang Balik Kota Tarakan Was-was ada longsor usulan.

Kejadian tanah longsor membuat warga Kelurahan Karang Balik Kota Tarakan benar-benar truma.

Untuk jumlah rumah warga jika terlihat dari atas lereng dari lokasi longsor sekitar 20 rumah yang berdiri.

Longsor yang terjadi di RT 4 Kelurahan Karang Balik Kota Tarakan pekan lalu diprediksi bisa kembali terulang jika curah hujan cukup tinggi.

Baca juga: Resividis di Samarinda Akui Cari Sasaran Sepeda Motor yang Kuncinya Masih Menempel di Kendaraan

Baca juga: Alat Berat Akan Evakuasi Truk Pertamina Terperosok di Jalan Poros Berau Kaltim dan Bulungan Kaltara

Warga yang yang mendiami wilayah TKP longsor cukup was-was tiap kali hujan mengguyur.

Siring menjadi solusi sementara namun untuk membangun siring butuh biaya besar.

Abdul Rahman, warga yang tinggal hanya berjarak satu sampai dua meter dari lokasi longsor menjelaskan untuk membangun siring setidaknya butuh minimal Rp50 juta untuk pembangunan awal.

Namun nilai ini diperkirakan masih sedikit. Jika saja dia memiliki uang Rp100 juta, dia pasti akan menyiring lokasi longsor.

Dia mengulas bagaimana longsor terjadi persis di belakang rumahnya pada 18 April 2024 pukul 07.00 Wita.

Bersamaan saat itu terjadi hujan deras dengan intensitasnya cukup tinggi. Dia juga mengakui wilayah Kelurahan Karang Balik curah hujan yang terjadi cukup tinggi.

“Air mengalir di pipa cukup tinggi. Ini juga faktor yang membuat keropos tanahnya tergerus sampai tidak bisa menahan,” ujarnya.

Adapun pipa yang mengalirkan air dimaksud adalah pipa pembuangan warga dan juga aliran air drainase di daerah lereng. Sebenarnya, ada pohon bambu yang sudah tertanam sejak lama. Bahkan di area lereng longsoran cukup banyak sampai ke bawah.

Namun, karena bambu berakar serabut, bukan berakar tunggang tak mampu menahan muatan air dalam tanah dan mempertahankan kepadatan tanah di lereng.

Padahal jika dilihat, tanah yang ada di lereng istilahnya warga di sana menyebutnya tanah gunung.

“Tanahnya ini tanah asli, cuma karena ada arus air, jadi terus mengikis akhirnya di bawah bambu tergerus, ibaratnya bambu berdiri hanya sebelah kakinya. Memang tanda-tanda mau longsor itu sudah lama. Ini kan dari tiang rumah sudah banyak lari. Saat kejadian, bambunya langsung terangkat turun ke bawah,” ujarnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved