Berita Balangan

Padi Apung Jadi Sasaran Tikus, Ini yang Dilakukan Dinas Pertanian Kalsel

Sejumlah wilayah percontohan padi apung di Kalimantan Selatan mengalami gagal panen karena mudah diserang hama.

|
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Edi Nugroho
BANJARMASINPOST.CO.ID/AYA SUGIANTO
TANAM PADI- Warga Desa Paharangan, Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, menanam padi jenis Siam Madu di lahan rawa, Minggu (21/7). Desa tersebut menjadi percontohan tanam padi dengan cara padi apung, gagal karena sulit perawatannya dan mudah terkena serangan hama, sehingga para petani lebih menyukai cara tanam padi kebiasaan mereka. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN - Sejumlah wilayah percontohan padi apung di Kalimantan Selatan mengalami gagal panen.

Selain karena sulitnya perawatan dan boros pupuk, petani mengeluhkan tanaman jadi mudah diserang hama. Petani pun lebih suka cara konvensional yang selama ini dilakukan.

Padahal program padi apung digadang-gadang Pemerintah Provinsi Kalsel jadi andalan dan sebagai solusi atas kondisi lahan pasang surut dan lebak.

Ini seperti yang diterapkan di Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan sejak 2023. Beberapa desa yang menjadi percobaan adalah Jimamun, Pimping dan Matang Hanau.

Baca juga: Mutasi Tiga Pejabat Eselon, Pemko Banjarmasin Bakal Lelang Dua Jabatan Kosong

Baca juga: Honor 52 Pengawas Kelurahan/Desa di Banjarmasin Belum Cair, Ini Penjelasan Bawaslu Kalsel

Suriansyah, petugas Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Lampihong, Senin (22/7), mengakui hasil penanaman padi apung belum maksimal bahkan bisa dibilang gagal.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil panen tidak sesuai seperti kurangnya pengetahuan petani dalam pemeliharaan. Padi tidak bisa berkembang seperti di media tanah.

Lokasinya di tengah rawa juga membuat petani sulit menjangkau untuk pemeliharaan seperti membuang tanaman liar apung. Jumlahnya yang tidak banyak membuat burung pemakan padi datang dan memakan padi yang sudah berbuah.

Selain itu, menurut Suriansyah, perlu penelitian mengenai kandungan air karena setiap rawa memiliki kualitas air berbeda. “Untuk pupuk sebenarnya tidak kekurangan karena bantuan selalu diberikan,” ujarnya.

Kendati media tanam berupa steroform dan pot telah diserahkan kepada kelompok tani, anggota tidak lagi melakukan penanaman kedua setelah penanaman pertama tidak berhasil.

“Tahun ini akan ada lagi bantuan namun sepertinya akan dicoba di perairan sekitar BPP terlebih dahulu. Untuk di desa belum ditentukan desa mana yang akan dilakukan penanaman padi apung kembali,” ungkapnya.

Suriansyah pun berharap Dinas Pertanian Provinsi melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap percobaan penanaman padi apung tahap pertama agar bisa diperbaiki jika kembali dilakukan penanaman oleh warga.

Sedangkan uji coba padi apung di Desa Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), panen bulan lalu. Padi Siam Madu yang ditanam di lahan seluas empat borongan atau sekitar 2/3 hektare hanya menghasilkan empat blek atau 80 liter.

“Menjelang panen, padi diserang hama tikus,” ujar Pani, petani padi apung. Menurutnya, penanaman padi apung lebih rumit dan lebih banyak menggunakan pupuk.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Banyu Hirang, Fadil, mengungkapkan sebenarnya pertumbuhan padi apung terbilang baik. Namun menjelang panen, tikus menyerang.

Sedangkan di Desa Paharangan, Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Fadil memperoleh informasi tanaman gagal panen karena rawa kering.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved