Serambi Ummah

Larangan Nabi SAW Safar Disebut Bulan Sial, Masa Jahiliyah Memperlakukan Khusus 

Penulis: Muhammad Fikri
Editor: Mariana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BULAN SAFAR - Ilustrasi pembacaan burdah dan tolak bala oleh ribuan warga Kotabaru Rabu akhir bulan Safar (Arba Musta'mir), Selasa (4/9/2024) malam. Pada masa jahiliyah ada sejarah perlakuan khusus terhadap bulan Safar, Nabi SAW melarang umat Islam menyandarkan kesialan kepada benda dan waktu.

BANJARMASINPOST.CO.ID - Menurut Muhammad Muthohar, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin Wal Abidin, Kilas Balik Menengok ke masa lalu, ternyata pada masa jahiliyah juga ada sejarah perlakuan khusus terhadap bulan Safar.

Abu Dawud meriwayatkan dari Muhammad bin Rasyid,”Orang-orang jahiliyah merasa sial dengan dengan datangnya bulan Safar. Maka Rasulullah berkata, tidak ada safar” (Sunan Abu Dawud 3.917, Musnadus Shahabah fil kutubit tis’ah, 6/226)

Dikatakan Muthohar, pandangan Islam tidak ada bulan sial, bahkan Baginda Nabi sangat melarang kita menyandarkan kesialan kepada benda dan waktu.

Rasulullah bersabda,“Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya tanpa takdir Allah), tidak ada ramalan buruk, tidak ada hamah (burung pembawa sial), tidak ada shafar (yang dikeramatkan dan membawa sial).

Dan berlarilah dari penderita jadzam (lepra) seperti engkau berlari dari singa” (HR Bukhori).

Baca juga: Kiprah H Nurkhalis Jadi Penghulu 23 Tahun di Kotabaru: Tanamkan Kesiapan Mental

Baca juga: Hukum Donor ASI, MUI Banjarmasin: Boleh Asal Identitas Jelas

Menurutnya, lalu apa yang harus dilakukan untuk memperoleh keutamaan Safar menurut Islam, kalau ingin melakukan amalan di malam tersebut, maka menggunakan dasar yang ada di dalam kitab Kanz Anajah Wa Surur karangan Syekh Abdul Hamid ada amalan tertentu dan sebagian ulama sepuh bahkan ulama khususnya, ada yang mengamalkan di malam Rabu terakhir bulan Safar berupa salat 4 rakaat dengan satu tasyahud atau duduk tahiyyat satu salam.

“Tapi di sini para ulama mewanti wanti untuk niat sholatnya harus niat shalat mutlak tidak boleh dikaitkan dengan ketakutan yang disandarkan dengan sesuatu,” katanya.

Ditanya, apakah dia juga mempercayai tentang bulan Safar yang dikenal sebagai bulan bala, dijawab secara pribadi, dia tidak meyakini namun juga tidak ingkar dengan hal tersebut.

Sebab, Al-Qur’an, Hadis dan kitab-kitab fikih serta kitab yang lain dirinya tidak menemukan dasar untuk meyakininya.

“Kami mau ingkar banyak ulama yang mendahului kami yang menjalankannya seperti kiyai-kiyai kami dan guru-guru kami. Jadi, kami sebagai murid-murid beliau,
tidak punya dasar untuk ingkar, karena beliau-beliau lebih bersih hatinya dan lebih alim dari segi ilmunya,” katanya.

Soal pengalaman buruk saat bulan Safar, dia menjawab secara singkat, tidak pernah. Namun, andaikan ada, sangat dilarang untuk mengaitkannya dengan Arba Mustakmir atau Rabu Wekasan. “Kita harus yakin, baik buruk yang kita alami di kehidupan ini adalah sudah ada takdir dari Allah,” ujarnya.

Tentunya masalah yang datang itu bisa jadi ujian, yang akan mengangkat derajat setiap insan jika muhasabah atau introspeksi diri atas dosa kesalahan yang diperbuat.

“Bisa jadi bala yang akan menyengsarakan kita, tatkala kita tidak terima kenyataan tersebut. Kita akan menyalahkan takdir dan menyalahkan semuanya,” katanya.

Dia menegaskan, alasan ketidakyakinananya, dari dalil hadis di atas yang dikemukakan dan pendapatnya ulama fikih yamg melarang berbuat, mempunyai keyakinan seperti orang jahiliyah.

Di bulan ini, dia tidak memiliki amalan khusus, kalau amalan tentunya setiap sehari semalam kami ada karena kami terlahir sebagai orang islam dan besar di pesantren, kalau pas arba mustamirnya mungkin kami menjalani apa yang dijalani guru-guru kami yaitu sholat sunnah mutlak 4 rakaat dan setelah sholat kita baca yasin fadilah tatkala salamun qoulan min robbirrohim kami baca 313.

“Di pesantren itu ada adab yang tidak pernah ditemukan di masyarakat umum yaitu kata sendiko dawuh. Apapun yang dilakukan dan di perintah guru kita ikut secara totalitas tanpa banyak tanya, meski pada akhirnya kami menemukan jawabannya, entah dari kita sendiri/dari beliau langsung,” katanya. (rin)

Berita Terkini