Banjir di Kalsel

Desa Dukuh Rejo Tanahbumbu Kalsel Kembali Terendam, Banjir Capai Leher Orang Dewasa

Beberapa wilayah di Kalimantan Selatan saat ini kembali diterpa banjir seperti di Desa Dukuh Rejo Kabupaten Tanahbumbu

Editor: Irfani Rahman
Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Fikri
DIKEPUNG AIR- Banjir di Desa Dukuh Rejo, KecamAtan Mantewe, Kabupaten Tanahbumbu, Senin (27/10/2025). Terlihat, sebuah rumah dikepung air. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BATULICIN - Warga Desa Dukuh Rejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanahbumbu, kembali kebanjiran. Sejak Minggu (26/10), luapan air dari dua sungai besar merendam jalan, perkebunan, hingga puluhan rumah warga, Senin (27/10).

Kepala Desa Dukuh Rejo, Sumarto, menyebut banjir kali ini melanda enam Rukun Tetangga (RT) yaitu RT 1, 2, 3, 9, 10 dan 13.

“Di area permukiman, ketinggian air 50 hingga 70 sentimeter. Sementara untuk jalan usaha tani, 50 sentimeter hingga satu meter. Bahkan ada jalan yang terendam hingga seleher orang dewasa,” jelas Sumarto.

Sekitar 40 rumah terdampak. Sepuluh rumah di antaranya sudah kemasukan air.

Sumarto menerangkan Dukuh Rejo langganan banjir karena diapit Sungai Selaselilau dan Sungai Mantewe. Wilayah ini rentan terendam saat curah hujan tinggi. “Dalam satu tahun, desa kami bisa dua sampai tiga kali kebanjiran,” ungkapnya.

Baca juga: Waspada Peralihan Musim

Baca juga: Puncak Musim Hujan di Kalsel Tak Bersamaan, BMKG Staklim Beberkan Pembagian Wilayahnya

Sumarto pun memperkirakan genangan bisa bertahan tiga hingga lima hari karena desa ini berada di dataran rendah.

Air berwarna cokelat juga merendam halaman dan sejumlah ruang SMPN 9 di Dukuh Rejo. Air juga berasal dari sungai kecil di belakang sekolah berwarna biru dan putih ini.

Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Tanbu Dwi Teguh Effendi, Senin, menyatakan air tidak sampai masuk ruang kelas atau gedung utama. “Aktivitas pembelajaran tidak mengalami gangguan,” ujarnya mewakili Kepala Disdik Tanbu Amiluddin.

Bantuan pun datang ke Desa Dukuh Rejo, termasuk dari anggota DPRD Tanbu. Kades Dukuh Rejo Sumarto mengatakan cukup kesulitan mengantar bantuan kepada warga. Mereka terpaksa memutar karena jalan yang akan mereka terendam hingga sekitar leher orang dewasa. “Kami memutuskan memilih jalan memutar kendati ketinggian airnya sepinggang,” katanya.

Merespons situasi ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanbu,

Sulhadi, menyatakan Tim Reaksi Cepat (TRC) sudah diterjunkan ke Dukuh Rejo untuk melakukan penanganan dan pendataan korban.

Dia pun mengimbau warga beberapa desa di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batulicin seperti Maju Makmur, Maju Bersama, Karang Bintang dan Selaselilau agar waspada. Kenaikan debit air telah mencapai status kuning atau waspada akibat curah hujan tinggi di hulu.

Terpisah, Kepala Desa Selaselilau, Mawar, mengonfirmasi wilayah tugasnya masih aman. Air belum merambah permukiman. “Kami terus berkomunikasi dengan aparat RT mengenai perkembangan air sungai,” ujarnya.

Hujan juga kerap terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) beberapa hari terakhir. Debit air di Pegunungan Meratus, tepatnya di Kecamatan Loksado, sempat naik sekitar dua meter pada Jumat (24/10) pagi. Namun pada Senin siang, kondisinya kembali normal. Warnanya pun kembali bening. Begitu pula di Kota Kandangan dan sekitarnya.

Meski begitu, warga Desa Malinau, Loksado, tetap mengantisipasi banjir dan tanah longsor. “Kami telah meminta warga mengamankan diri dan surat-surat penting,” kata Kepala Desa Malinau, Mahli. Komunikasi dengan BPBD dan Tagana pun diintensifkan.

Mahli pun menyampaikan pascabanjir 2022, Pemkab HSS melakukan penguat tebing dengan beronjong di RT 02. Warga berharap gorong-gorong di RT 04 Dusun Padang agar diganti menjadi jembatan. “Kondisinya terlalu kecil. Jadi saat debit air sungai tinggi tidak mampu menampung lagi dan berdampak untuk lingkungan rumah warga,” jelasnya.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD HSS Kusairi menerangkan kondisi cuaca terpantau aman dan tidak ada kejadian bencana alam. “Betul belum ada laporan,” terangnya.

Dari kejadian sebelumnya, sejumlah kecamatan rawan banjir, seperti Angkinang, wilayah Daha, dan Kalumpang. Adapun potensi tanah longsor berada di Loksado, Padang Batung, dan Telaga Langsat.

BPBD Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) juga meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi banjir yang mulai melanda sejumlah wilayah di daerah tersebut.

Kepala Pelaksana Ahmad Apandi melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik Fitriadinoor, Senin, menyampaikan kecamatan yang berpotensi banjir yakni Hantakan, meliputi Desa Datar Ajab dan Desa Alat, dengan durasi banjir relatif singkat. Batu Benawa seperti Desa Aluan dan Desa Paya, juga dengan durasi singkat, namun permukaan air cepat naik kembali apabila terjadi hujan susulan.

Barabai meliputi Kelurahan Barabai Darat, Barabai Timur, Barabai Selatan, Barabai Barat, Bukat, dan Pajukungan, memiliki durasi banjir bervariasi, bahkan bisa bertahan lebih lama jika hujan terus-menerus.

Pandawan, terutama Desa Jaranih dan Desa Masiraan, termasuk wilayah yang memiliki durasi banjir paling lama, yaitu bisa mencapai satu hingga tiga hari atau lebih bila terjadi hujan susulan. (rin/ady/nan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved