Pahlawan Nasional Asal Kalimantan

Sembilan Sosok Pahlawan Nasional Asal Kalimantan, Berdarah Banjar, Martapura, Hingga Kandangan

Berikut 9 Pahlawan Nasional asal Kalimantan Selatan yang memiliki peran penting terhadap kemerdekaan RI. Salah satunya Pangeran Antasari.

Penulis: Danti Ayu Sekarini | Editor: M.Risman Noor
MC Kalsel
ZIARAH-Gubernur Kalsel, Muhidin bersama pejabat Forkopimda melakukan ziarah ke Makam Pangeran Antasari di Banjarmasin, Sabtu (11/10/2025). Pangeran Antasari merupakan salah satu orang Kalsel yang ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional. 

Beliau tak bekerja untuk Belanda, melainkan memilih untuk berjuang dengan rakyat dan menggantikan ayahnya dalam Volksraad sebagai wakil Kalimantan pada 1935-1939.

Lalu, Ir. Pangeran H. Mohammad Noor aktif sebagai anggota PPKI dan turut melawan tentara sekutu pada pertempuran Surabaya Oktober-November 1945.

Pada masa revolusi tahun 1945-1949, Ir. Pangeran H. Mohammad Noor mendirikan pasukan MN 1001 untuk beroperasi di Kalimantan Selatan dengan dipimping Hassan Basri dan juga di Kalimantan Tengah dengan dipimpin Tjilik Riwut.

Kemudian, beliau diangkat menjadi Gubernur Kalimantan pertama yang berkedudukan di Yogyakarta ketika Agresi Militer Belanda I dan II, kemudian Ir. Pangeran H. Mohammad Noor membantu Idham Chalid dan rekan-rekannya untuk bertemu dengan Mohammad Hatta yang meminta agar Kalimantan terus berjuang secara politik dan militer meskipun belum bisa dibantu oleh Pusat.

Selanjutnya, Ir. Pangeran H. Mohammad Noor diangkat menjadi Menteri PU dan berhasil menyelesaikan proyek Sungai Barito, pembukaan pesawahan pasang surut atau P4S, membangun PLTA Riam Kanan dan sebagian kanal di Banjarmasin-Sampit, serta mengeruk ambang Barito yang bisa meningkatkan kemakmuran di lembah sungai Barito. Beliau dianugerahi sebagai pahlawan nasional dari Banjarmasin pada tahun 2018.

Baca juga: Jalan Menuju Kubah Habib Basirih Banjarmasin Penuh Sesak, Jemaah Haul Padati Jembatan

5. Abdul Kadir

Memiliki nama lain sebagai Raden Temenggung Setia Pahlawan, Abdul Kadir lahir pada 1771 di Kab. Sintang Propinsi Kalimantan Barat. Beliau wafat pada 1875 di Kab. Melawi, Kalimantan Barat. Beliau merupakan seorang bangsawan dari Melawi yang menawarkan pengembangan ekonomi rakyatnya sekaligus melawan pasukan Belanda.

Abdul Kadir adalah putra dari seorang bangsawan kerajaan Sintang yang memimpin wilayah Melawi pada tahun 1845 menggantikan ayahnya. Abdul Kadir berada dalam kondisi dilematis karena harus patuh kepada raja yang tuduk kepada Belanda, tetapi jiwanya tidak bisa mengingkari penolakan terhadap penjajahan Belanda.

Beliau kemudian membangun pasukan secara diam–diam untuk bersiap melawan Belanda. Belanda yang mengetahui rencana tersebut dan memberinya gelar Setia Pahlawan beserta sejumlah uang pada tahun 1866,tetapi Abdul Kadir tetap melanjutkan perlawanannya dari tahun 1868-1875. Belanda selalu kalah karena Abdul Kadir selalu mendapatkan informasi, akhirnya beliau ditangkap oleh Belanda dan ditahan di Nanga Pinoh hingga wafat dalam tahanan dan dimakamkan di Natal Mungguk Liang, Melawi. Abdul Kadir memperoleh gelar sebagai pahlawan nasional pada tahun 1999.

6. Tjilik Riwut

Marsekal Pertama TNI Anumerta Tjilik Riwut lahir pada tanggal 2 Februari 1918 di Kasongan, Kab. Katingan, Propinsi Kalimantan Tengah dan wafat pada tahun 1987 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Beliau merupakan seorang putra dayak yang turut berperan dalam pemerintahan sebagai Gubernur Kalimantan Tengah pada tahun 1958.

Tjilik Riwut pernah menulis beberapa buku dan berprofesi sebagai jurnalis. Pada tanggal 17 Desember 1946, Tjilik Riwut bersama dengan beberapa tokoh perwakilan Dayak Kalimantan melakukan sumpah setia kepada pemerintah RI dengan upacara adat suku Dayak. Kemudian beliau mendapat perintah untuk memimpin Operasi Penerjunan Pasukan Payung yang pertama kali oleh S. Suryadarma, Kepala TNI AU pada tanggal 17 Oktober 1947 di desa Sambi, Kotawaringin, Kalimantan Tengah.

Untuk memperingati hari tersebut, tanggal 17 Oktober resmi ditetapkan sebagai Hari Pasukan Khas TNI AU. Tjilik Riwut diangkat sebagai pahlawan nasional pada tshun 1998. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama untuk bandara di Palangkaraya.

Baca juga: Semarak Starnite Himakom Uniska Banjarmasin, Merajut Solidaritas Mahasiswa di Bawah Gemerlap Bintang

7. Drs. Saadilah Mursyid

Drs, Saadillah Mursjid lahir pada tanggal 7 September 1937 dan wafat pada tanggal 28 Juli 2005. Beliau adalah Menteri Muda/Sekretaris Kabinet Indonesia pada Kabinet Pembangunan V, Menteri Sekretaris Kabinet pada Kabinet Pembangunan VI, dan Menteri Sekretaris Negara pada Kabinet Pembangunan VII.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved