Bursa Saham
Harga Komoditas Logam Industri Melambung Akibat Pasokan Menipis
Harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange juga sudah meroket sekitar 16,96% sepanjang tahun ini
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Harga komoditas logam industri tahun ini berhasil mencatatkan kenaikan signifikan dibandingkan dengan tahun 2015. Menipisnya pasokan logam industri di pasar global di saat permintaan justru naik, membuat harga komoditas ini melesat.
Ambil contoh harga timah. Mengutip Bloomberg, Rabu (28/12) pukul 13.50 WIB, harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 0,51% dibanding hari sebelumnya ke US$ 20.992 per metrik ton. Sejak awal tahun, harganya sudah melesat 44,22%.
Harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange juga sudah meroket sekitar 16,96% sepanjang tahun ini. Rabu (28/12) per pukul 14.20 WIB, harga komoditas ini tergerus 0,90% ke US$ 10.316 per metrik ton.
Sementara harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) Jumat (23/12) lalu turun 0,89 % ke US$ 5.469 per metrik ton. Kalau dihitung sejak awal tahun, harga tembaga sudah terkerek 18,66%.
Lalu harga aluminium sudah melesat sekitar 16,7% sepanjang tahun ini. Pada penutupan perdagangan Jumat lalu, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) menyusut 0,17% jadi US$ 1.719 per metrik ton.
Secara umum, analis menilai kenaikan harga komoditas logam industri masih belum akan berhenti tahun depan. Biar lebih jelas, silakan simak ulasan berikut.
- Timah
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, keringnya pasokan timah global jadi faktor utama melesatnya harga timah. Selain pengetatan aturan ekspor timah di Indonesia, produksi Myanmar ternyata tidak bisa mengisi kekosongan pasokan di pasar.
International Tin Research Institute (ITRI) memperkirakan, tahun ini produksi timah Myanmar stagnan di 50.000 ton. Alhasil stok timah global di 2016 cuma 25.000 ton. "Terlihat jelas semakin mendekati penutupan tahun, pergerakan harga timah justru makin bagus," kata Ibrahim.
Tahun depan, Ibrahim memprediksi bakal ada koreksi harga sesaat. "Kekurangan pasokan ini masih akan berlanjut, tapi perlu mewaspadai aksi produsen yang akan menggenjot produksi demi memanfaatkan kenaikan harga," analisa Ibrahim.
Salah satunya adalah PT Timah, yang siap menaikkan produksi hingga 33% menjadi 32.000 ton pada tahun 2017. Selain itu, pelaku pasar perlu mewaspadai potensi kenaikan suku bunga The Fed pada Januari atau Maret 2017.
Ibrahim memprediksi harga timah di kuartal satu 2017 mendatang bakal bergerak dalam rentang US$ 20.100- US$ 23.200 per metrik ton.
- Nikel
Ibrahim menuturkan, sentimen dari Filipina adalah pendorong utama kenaikan harga nikel. Ini terjadi setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan audit terhadap operasional produksi tambang nikel.
"Ini membuat pasokan nikel di pasar global kering, mengingat Filipina adalah salah satu pemasok terbesar," jelas Ibrahim.
