Mereka Bicara

Memperingati Hari Penyu Sedunia, Si Hewan Purba yang Terancam Punah

Selamat Hari Penyu! Mungkin tak banyak yang tahu, tepat tanggal 23 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai hari penyu sedunia

Editor: Didik Triomarsidi
zoom-inlihat foto Memperingati Hari Penyu Sedunia, Si Hewan Purba yang Terancam Punah
myfishtank.net
Penyu raksasa

Oleh: Aprizal Junaidi SKel, Analis Pesisir dan Pulau-pulau kecil di Wilker Banjarmasin BPSPL Pontianak Kementerian Kelautan dan Perikanan

BANJARMASINPOST.CO.ID - Selamat Hari Penyu! Mungkin tak banyak yang tahu, tepat tanggal 23 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai hari penyu sedunia. Peringatan yang konon katanya dimaksudkan sebagai kampaye menarik perhatian berbagai pihak dari seluruh dunia untuk lebih peduli terhadap keberadaan penyu yang saat ini keberadaanya semakin berkurang.

Padahal hewan purba satu ini yang sudah ada sejak zaman dinosaurus atau akhir zaman zaman jura (145-208 juta tahun lalu) dengan kemampuan beradaptasi dengan sangat baik dan dipercaya menjadi penjaga keseimbangan ekosistem laut.

Setiap spesies Penyu memiliki fungsi pengayaan keanekaragaman hayati dalam lingkungan laut, dengan mengambil peran penting dalam menjaga kesehatan laut antara lain menambah produktifitas lamun, mengontrol distribusi spons, memangsa ubur-ubur, mendistribusikan nutrisi, dan mendukung kehidupan mahluk air yang lain dengan kata lain dimana ditemukan penyu, di situ dapat ditemui kekayaan alam laut yang melimpah.

Keistimewaan Penyu
Penyu memiliki berbagai keistimewaan, diantaranya kemampuan menjelelajah lautan selama bertahun-tahun, Penyu bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama.

Jarak 3000 kilometer dapat ditempuh 58 – 73 hari dan tak pernah tersesat dalam menentukan arah kerena penyu memiliki memiliki Global Position System atau GPS alami di tubuhnya. Penyu mampu mengetahui posisinya secara alami. Hal tersebut berdasarkan sejumlah fakta hasil penelitian ilmuwan dalam menentukan arah pulang, penyu menggunakan perubahan medan magnet bumi untuk memberi tahu mereka sisi utara ke selatan, sehingga mengarahkan diri sepanjang garis lintang.

Para peneliti percaya penyu menciptakan pemetaan magnetik di pemikiran mereka dengan mengombinasi informasi tentang sudut medan magnet dan intensitas magnetik dan oleh karena itu tapi penyu betina akan kembali ke tempat asalnya dilahirkan untuk bertelur.

Penyu betina mampu menelurkan hingga 100 butir lebih, namun yang mampu bertahan hingga menjadi penyu dewasa hanya berkisar 1 persen dikarenakan hidup penyu sangat-sangat keras untuk anak penyu atau tukik, mereka menetas secara bersamaan dan harus berlari menuju lautan sambil menghindari ancaman kepiting, burung, kadal, dan banyak predator lainnya yang kelaparan.

Namun, itu hanyalah awal dari kehidupan tukik, tukik mengetahui bahwa mereka tidak bisa melawan, sehingga ketika tukik mencapai lautan mereka akan langsung berenang, berenang, berenang sejauh dan secepat yang mereka bisa dari tepian pantai dan karena itu penyu termasuk hewan dengan siklus hidup yang rentan.

Walaupun secara alamiah penyu memilki kemampuan beradaptasi yang sangat baik, Namun faktanya keberadaanya populasi penyu terus menerus tiap tahunnya. Dari total 30 jenis penyu yang pernah ada, saat ini hanya tersisa 7 jenis dan sebanyak 23 spesies penyu yang sudah punah hanya berupa fosil yang bisa kita lihat dimuseum saja.

Terancam Punah
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), menyebutkan bahwa penyu termasuk ke dalam salah satu spesies yang masuk daftar merah IUCN kategori threatened species yang berarti keberadaanya terancam punah.

Dan dari berbagai tetapi faktor penyebab keberadaan penyu terancam punah, kita (manusia) lah yang secara tidak langsung menyumbang andil terbesar penyebab keberadaan penyu menuju batas kepunahan selain faktor siklus hidupnya yang memang sudah rentan.

Selama beberapa dekade kita terus memburu daging penyu dan telur penyu untuk konsumsi, yang kita percayai dapat memberi khasiat pada vitalitas tubuh, dan cangkangya kita gunakan untuk aksesoris.

Banyaknya aktivitas manusia dan perubahan alih fungsi pantai sebagai tempat alamiah penyu bertelur, mengakibatkan banyaknya kegagalan penyu betina bertelur dikarenakan pada dasarnya penyu termasuk hewan pemalu yang sangat sensitif terhadap ganguan saat ingin bertelur, khususnya terhadap cahaya dan suara sehingga membuat penyu merasa tidak aman dan mengurungkan proses bertelurnya.

Perubahan iklim akibat emisi Karbon Dioksida (CO2) yang dihasilkan manusia turut berperan dalam keberlangsungan penyu, dimana peningkatan suhu yang membuat suhu lingkungan menjadi lebih hangat, sehingga menghasilkan lebih banyak penyu betina. Karena suhu menentukan jenis kelamin hewan ini.

Penentuan tukik sebagai jantan atau betina sangat bergantung pada suhu di sarang mereka. Jika lebih hangat dari ‘suhu pivotal’ (28-29 derajat celcius), tukik akan terlahir sebagai betina. Jika lebih dingin maka tukik akan terlahir jantan. Hal ini tentunya sangat mengganggu rasio jenis kelamin normal dan mengurangi kesempatan reproduksi serta menurunkan keragaman genetik.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved