Berita HSU
Sedotan Purun Milik Perajin HSU Dipasarkan hingga Belanda, Sopianor Ikut Pecahkan Masalah Limbah
Sedotan Purun Milik Perajin HSU Dipasarkan hingga Belanda, Sopianor Ikut Pecahkan Masalah Limbah
BANJARMASINPOST.CO.ID, TAJUNG - Tanaman purun diolah menjadi berbagai bentuk kerajinan anyaman sudah banyak dilakukan.
Di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), tumbuhan rawa itu ternyata juga bisa dibikin menjadi sedotan. Wah ini tentu menjadi salah satu pemecah masalah limbah sedotan plastik.
Sedotan dari purun dihasilkan Galeri Kembang Ilung, rumah kerajinan tangan milik Sopianor, yang ada di Desa Banyu Hirang Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).
Sejak dibuat tiga bulan lalu, sedotan purun Sopianor sudah dipasarkan hingga ke Jakarta. Bahkan dia mendapat penawaran untuk bisa memasarkannya langsung ke Belanda.
Satu batang sedotan dijual dengan harga Rp 200 dan dan saat ini ada pesanan sebanyak 100 ribu sedotan.
• Suara Bocah dan Bau Busuk Jadi Petunjuk Gaib Ditemukannya Mayat Siswa SD, Warga Ketakutan
• Jokowi Bakal Buat Regulasi Media Massa Digital, Ambil Iklan dan Segala Macam Tidak Ada Pajak
• Presiden Inginkan Tol Kalsel-Kaltim, Jokowi: dari Batulicin Tembus ke Kaltim Cuma 1,5 Jam
Menurut Sopianor, ide ini muncul karena pihaknya ingin mengembangkan lagi produk purun yang selama ini lebih banyak dijadikan topi, tikar, tas dan dompet. “Lalu ada ide untuk membuat sedotan dari purun,” katanya.
Ketertarikan pun datang dari Jakarta dan Bali. Ini ditindaklanjuti Sopianor dengan mengirimkan sampel. “Alhamdulilah mereka setuju. Setelah itu mereka pesan kurang lebih 100 ribu batang perbulan,” katanya.
Mendapat pesanan sebanyak ini, Sopianor sempat bingungapakah bisa memenuhi atau tidak.
Ini karena pekerja yang ada di Galeri Kembang Ilung terbatas dan juga masih mengerjakan pesanan barang lain. Selain itu karena baru tahap awal, Sopianor juga memerlukan waktu untuk mengajari perajin membuat sedotan sesuai sampel.
Kesulitannya ada pada tahapan proses pemotongan dan juga pembersihan bagian dalam batang purun. Bila salah memotong maka batang purun akan pecah dan bila tak telaten bagian dalam akan susah dibersihkan.
“Kita bingung, tapi sayang kalau pesanan ditolak, apalagi di tempat kami tidak pernah ada menolak pesanan,” katanya.
Akhirnya pesanan 100 ribu sedotan tersebut tetap dikerjakan meskipun baru selesai dalam satu bulan. Satu batang purun bisa dijadikan empat sedotan.
“Alhamdulillah ini tidak jadi masalah dan mereka tetap memesan,” ucap Sopianor.
Malahan si pemesan menginginkan sedotan yang dibuat bisa langsung dikirimkan ke Belanda apabila sudah bisa memproduksi dalam jumlah banyak. Soalnya, pemesan dari Jakarta dan Bali itu ternyata juga mengirimkan lagi sedotan purun itu ke Belanda.
Dengan dibuat menjadi sedotan, satu batang purun menjadi sangat bernilai. Itu karena sisa potongan batang purun masih bisa dibuat jadi dompet. “Jadi satu barang purun itu bisa berharga lebih dari seribu rupiah,” katanya.
Sedangkan selama ini ketika belum membuat sedotan, batang purun besar yang bisa dijadikan sedotan, justeru dibuang karena tidak terpakai. (banjarmasinpost.co.id/dony usman)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/dony-usman-sopianor-bersama-dua-pengrajin-saat-membuat-sedotan-berbahan-tanaman-purun.jpg)