Jendela
Kemarau Basah Tanpa Sekolah
Keputusan empat menteri, daerah yang tidak hijau, artinya belum bersih dari Covid-19, tidak boleh melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Editor: Alpri Widianjono
Penulis: Profesor Mujiburrahman, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari
BIASANYA bulan Juli ini kemarau, tetapi sekarang malah sering hujan bahkan banjir.
Kemarin diberitakan, sebagian kawasan di Pelaihari, Kalimantan Selatan, terendam air sedalam paha hingga dada orang dewasa, akibat hujan deras sejak Jumat lalu.
Bulan Juli tidak lagi identik dengan musim panas, ketika matahari membakar tanah dan udara. Kini kita pun membuat istilah baru: kemarau basah.
Di bulan Juli ini pula, tepatnya hari ini, tahun pelajaran baru sekolah dimulai.
Biasanya, di hari seperti ini jalan akan ramai dengan para orangtua yang membonceng anaknya menuju sekolah.
• Mulus, H Sahbirin-H Muhidin Dapat Restu Golkar Maju Pilgub Kalsel 2020
• UPDATE Covid-19 Kalsel: 112 Pasien Sembuh, Perbesar Persentase Kesembuhan Jadi 33,6 Persen
Sebagian anak itu memakai seragam baru karena melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Si anak dengan berdebar-debar gembira campur cemas, memasuki gerbang sekolah baru pilihannya. Betapa indahnya!
Namun, itu dulu, bertahun-tahun lalu. Hari ini, sesuai dengan keputusan empat menteri, daerah yang tidak hijau, artinya belum bersih dari Covid-19, tidak boleh melakukan pembelajaran tatap muka.