Aura Keramat Pulau Datu Tanahlaut
Ini Hal Menakjubkan yang Dilakukan Datu Pamulutan, Ulama yang Dimakamkan di Pulau Datu Tala Kalsel
Tanah yang digaris tersebut menjadi pulau tersendiri yang sekarang disebut Pulau Datu.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAHARI - Semasa hidup dan berada di Desa Tanjungdewa, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanahaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), Sultan Hamidinsyah atau Datu Pamulutan sempat berpesan atau berwasiat kepada warga setempat.
Ia mengatakan jika kelak telah tiba akhir hayat, dirinya ingin dikebumikan di Tanjungdewa.
Saat itu ulama dan pejuang besar itu kemudan menggaris batas tanah dengan ibu jari kakinya.
"Itu dilakukan untuk membatasi tanah agar tidak tercemar dari hal-hal najis, seperti dikencingi anjing, apalagi sampai diinjak penjajah kafir," papar pemerhati sejarah dan budaya Banua dari Tala, Ismail Fahmi, Senin (31/8/2020).
• Aura Keramat Pulau Datu Tanahlaut, Makam Ulama Besar Kalsel Sekaligus Pejuang Bangsa
• Pulau Datu Tanahlaut Kalsel Berdekatan Pantai Batakan, Begini Cara Menjangkaunya
• Datu Pamulutan Memiliki Sejumlah Nama, Ulama Asal Martapura itu Piawai Melakukan ini
• Selain Makam Datu Pamulutan di Pulau Datu Tala Kalsel, Masih Ada Tiga Makam Lainnya
• Anak Buah Datu Pamulutan Tersebar di Berbagai Penjuru Kalsel, Masing-masing Punya Keistimewaan
Tak lama setelah itu terjadilah hal menakjubkan.
Tanah yang digaris dengan ibu jari kaki tersebut terbelah.
Lambat laun kian membesar hingg menjelma menjadi sungai kecil dan akhirnya menjadi lautan (selat).
Tanah yang digaris tersebut menjadi pulau tersendiri yang sekarang disebut Pulau Datu.
Terpisah lumayan jauh dari daratan Desa Tanjungdewa yakni sekitar 1,2-1,5 kilometer.
Datu Pamulutan wafat dan dimakamkan di Pulau Datu pada 1817 masehi, sedangkan sang murid menyusul delapan kemudian atau pada 1825 masehi.
Ismail menuturkan sebenarnya Datu Pamulutan wafat di desa tempat tinggalnya di Martapura.
Namun karena telah berwasiat agar dikebumikan, maka pemakamannya dilakukan di Pulau Datu.
Lantaran akses jalan darat kala itu masih teramat terbatas, jenazah Datu Pamulutan dibawa lewat jalur sungai.
Kemudian menyisiri laut hanya menggunakan sampan.
Hal menakjubkan pun kembali terjadi.
Sampan yang digunakan tak layak mengarungi lautan karena kecil dan bocor sehingga diragukan apakah sampai atau tidaknya.
"Namun dengan ridho dan rahmat Allah akhirnya sampan itu bisa sampai ke Tanjungdewa," sebut Ismail.
(banjarmasinpost.co.id/roy)