Berita Banjarmasin

Varian Delta Terkonfirmasi di Kalsel, Ketua IDI Kalsel Nilai PPKM Kalsel Harus Diperpanjang

Kementrian Kesehatan RI melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) serta Pusat Analisis Determinan Kesehatan (Pusdatin) telah

Penulis: Achmad Maudhody | Editor: Edi Nugroho
Rudiansyah
Ketua IDI Wilayah Kalimantan Selatan, DR dr Mohammad Rudiansyah 

Editor: Edi Nugroho

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kementrian Kesehatan RI melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) serta Pusat Analisis Determinan Kesehatan (Pusdatin) telah mengonfirmasi bahwa sekuen varian delta juga telah ditemukan di Kalsel.

Meski dari sejumlah sampel yang dikirimkan dari Kalsel hanya satu yang terdeteksi terdapat sekuen varian delta, namun hal ini menurut Ketua IDI Wilayah Kalsel, DR Mohammad Rudiansyah belum menjamin dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya.

"Karena melihat dari percepatan, penyebaran dan penularannya memang mungkin sekali delta nya sudah lama (masuk) tapi kita baru tahu (terkonfirmasi) sekarang," ungkapnya kepada Banjarmasinpost.co.id, Jumat (6/8/2021).

Varian delta kata dia masuk dalam kategori variant of consent yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Varian Delta Akibatkan Kasus Corona di Dunia Melonjak Tajam, Data Harian Indonesia Termasuk Tinggi

Baca juga: Kasus Covid-19 China Kembali Meroket Gegara Varian Delta, Kini Menyebar di Lima Provinsi

Baca juga: Mengenal Varian Baru Virus Corona Delta Plus, Terdeteksi di 10 Negara Termasuk Indonesia

Baca juga: Varian Delta Bikin Pencatatan Kasus Covid-19 Terlambat, Begini Kata Satgas Covid-19

Penyebabnya, varian delta memiliki tingkat penularan yang 50 sampai 60 persen lebih tinggi.

Lalu dari sisi klinis, kondisi kesehatan penderitanya juga bisa lebih cepat memburuk.

Untuk mencegah peningkatan kasus secara eksponensial terus terjadi, pembatasan mobilitas dan kegiatan masyarakat adalah cara yang harus dilakukan.

"Pembatasan-pembatasan termasuk dengan PPKM ini lah memang cara untuk menekan penyebarannya. Karena dengan berkurang aktivitas masyarakat di luar, berkurang juga penularannya," ucap DR Rudiansyah.

Meski demikian kata dia, PPKM yang dapat berhasil menekan angka penyebaran tentunya harus dilaksanakan dengan benar dan dipatuhi dengan baik.

Berkaca kondisi Kalsel saat ini khususnya pada aspek rasio keterisian tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) di rumah sakit, menurutnya dampak PPKM yang sudah lebih dari satu minggu diterapkan memang belum dapat langsung dirasakan.

BOR di hampir seluruh rumah sakit di Kalsel kata dia masih terus meningkat.

Upaya untuk menekan penyebaran virus melalui metode PPKM menurut DR Rudiansyah memang memerlukan waktu dan jika dilaksanakan dengan benar serta disiplin, dampaknya baru bisa dirasakan satu hingga dua bulan selanjutnya.

Karena itu, Ia menilai pemangku kebijakan seharusnya mempertimbangkan untuk memperpanjang pelaksanaan PPKM di Kalsel.

"Ya menurut saya harusnya diperpanjang. Jakarta kan diperpanjang, baru turun-turun bertahap, turunnya hampir setelah dua bulan kan," ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved