Harga PCR

Harga PCR Bisa Ditekan Hingga Rp 10.000 Saja, Lalu Kenapa Bisa Melonjak Jutaan Rupiah

Harga PCR untuk mengetahui kasus Covid-19 kini terus mengalami penurunan.Bahkan sebenarnya setelah ditelusuri bisa dikenakan biaya Rp 10.000 saja.

Editor: M.Risman Noor
Diskominfo Tala
Sejumlah pengunjung angkringan_warung di-swab PCR maupun antigen pada giat yang dilakukan Satgas Penanganan Covid-19 Tala, Kamis (2_9) malam. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Harga PCR untuk mengetahui kasus Covid-19 kini terus mengalami penurunan.

Bahkan sebenarnya setelah ditelusuri bisa dikenakan biaya Rp 10.000 saja.

Lalu kenapa sebelumnya bisa mencapai jutaan rupiah.

Bisnis PCR ini pun mengemuka dan bahkan menyeret nama sejumlah menteri di kabinet Joko Widodo (Jokowi).

Dalam tayangan kompas TV dipandu Aiman Witjaksono terbongkar praktik bisnis PCR.

Baca juga: Dicabut, Aturan Wajib Tes PCR dan Antigen untuk Perjalanan Darat 250 Km

Baca juga: Lion Air Group Tawarkan Tarif PCR di Bawah Rp 300 Ribu dan Antigen di Bawah Rp 50 Ribu

Selama pandemi, biaya tes PCR turun empat kali. Semula Rp 2.500.000, turun jadi Rp 900.000, turun lagi Rp 500.000, dan terakhir Rp 300.000.

Menurut Kemenkes Pertanyaannya tentu saja kenapa harga di awal begitu mahal?

Petugas Puskesmas Pekauman sedang melakukan tes PCR.
Petugas Puskesmas Pekauman sedang melakukan tes PCR. (banjarmasinpost.co.id/Frans Rumbon)

Lalu, kenapa baru turun sekarang? Kenapa juga ada perbedaan signifikan dari negara-negara lain seperti India dan negara ASEAN yang sejak beberapa bulan lalu harganya lebih murah dari Rp 500.000.

Ada pula pertanyaan, berapa sih harga tes PCR sebenarnya? Di antara seluk-beluk pertanyaan tersebut, muncul informasi yang diungkap pertama kali oleh majalah Tempo.

Konglomerat, politisi, hingga pejabat ikut berbisnis laboratorium tes PCR. Dua nama pejabat disebut: Menteri Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Luhut disebut terkait dengan tes PCR melalui afiliasi anak perusahaan miliknya, PT Toba Bumi Energi. Sementara itu, Erick Thohir lewat perusahaan milik kakak kandungnya, Garibaldi Thohir, yaitu Yayasan Kemanusiaan Adaro.

Keduanya telah membantah soal ini. Luhut mengklarifikasi melalui akun Instagram @Luhut.Pandjaitan.

Baca juga: Menyesuaikan Ketetapan Kemenkes, Harga PCR di Tapin Turun Jadi Rp300 Ribu

Ia mengatakan, “Saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI). Partisipasi yang diberikan melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekan saya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain untuk membantu penyediaan fasilitas tes COVID-19 dengan kapasitas yang besar.

Bantuan melalui perusahaan tersebut merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan sejak awal. Saya juga selalu mendorong agar harga tes PCR bisa diturunkan sehingga dapat terus menjangkau masyarakat yang membutuhkan.”

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers virtual, Senin (6/9/2021).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers virtual, Senin (6/9/2021). (Youtube Sekretariat Presiden)

Sementara itu, Erick melalui Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyampaikan, “Di Yayasan Kemanusiaan Adaro ini, Pak Erick Thohir sejak jadi menteri tidak aktif lagi di urusan bisnis dan yayasan seperti itu. Jadi sangat jauh lah dari keterlibatan atau dikaitkan dengan Pak Erick Thohir. Apalagi dikatakan main bisnis PCR. Jauh sekali,” ujar Arya kepada wartawan, pekan lalu.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved