Vaksin Booster
Vaksin Booster Covid-19 Dilakukan Tahun 2022, Selain Dibiayai Pemerintah Juga ada Non-APBN
Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan skenario pemberian vaksin booster Corona mulai Januari 2022.
Dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Waspada Meluasnya Varian Omicron, Inggris Intensifkan Program Vaksin Booster, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa Omicron mungkin berpotensi lebih menular dan kebal terhadap vaksin dibandingkan varian yang diketahui sebelumnya.
Varian ini kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada awal bulan ini dan mencapai beberapa negara Eropa pada akhir pekan lalu.
"Dalam perlombaan antara vaksin dan virus ini, varian baru mungkin telah memberikan virus tambahan," tegas Javid.
Ia pun memperkirakan adanya peningkatan kasus dalam 'beberapa hari mendatang'.
Munculnya varian virus corona B.1.1.529 omicron saat ini menjadi kekhawatiran dunia. Produsen vaksin Moderna dan Pfizer pun bakal menyiapkan vaksin khusus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian virus corona Omicron yang sangat bermutasi kemungkinan akan menyebar secara internasional dan menimbulkan risiko lonjakan infeksi yang sangat tinggi.
Baca juga: Gerai Vaksin Kecamatan Lampihong Balangan Dibuka, Peserta Vaksin Diberi Sembako Usai Disuntik
Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow)
Mengantisipasi peningkatan jumlah kasus seiring menyebarnya varian omicron yang pertama kali dilaporkan minggu lalu, WHO mendesak 194 negara anggotanya untuk mempercepat vaksinasi kelompok prioritas tinggi.
Dilansir dari Kontan.co.id, Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengatakan kemunculan Omicron menunjukkan betapa "berbahaya dan genting" situasinya.
"Omicron menunjukkan mengapa dunia membutuhkan kesepakatan baru tentang pandemi," katanya pada awal pertemuan para menteri kesehatan yang diperkirakan akan meluncurkan negosiasi tentang kesepakatan semacam itu.
Kesepakatan global baru, yang diharapkan pada Mei 2024, akan mencakup isu-isu seperti berbagi data dan urutan genom virus yang muncul, dan vaksin potensial apa pun yang berasal dari penelitian.
Bos perusahaan farmasi Moderna memprediksi bahwa vaksin yang saat ini tersedia akan menjadi kurang efektif dalam menghadapi virus corona varian Omicron.

Melansir Financial Times, Selasa (30/11/2021), varian Omicron diketahui memiliki jumlah mutasi lebih tinggi pada protein spike dan menyebar dengan cepat di Afrika Selatan.
CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan, hal itu menunjukkan bahwa vaksin yang beredar saat ini mungkin perlu dimodifikasi tahun depan.
"Semua ilmuwan yang saya ajak bicara mengatakan 'ini tidak bagus',” kata Bancel kepada Financial Times, dalam sebuah wawancara di kantor pusat Moderna di Cambridge, Massachusetts, seperti dilansir Kompas.com.