Berita Tanahlaut
Membangun Madrasah dari Tabungannya, Sebulan Wakapolsek Takisung Rogoh Rp 5 Juta untuk Operasional
Inspektur polisi satu di Polsek Takisung, Tala Kalsel menabung sedikit demi sedikit untuk membangun madrasah ibtidaiyah
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - BERUSAHA menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang dari waktu ke waktu.
Inilah tekad kuat yang tertanam pada diri seorang Munadi, inspektur polisi satu (iptu) yang bertugas di Polsek Takisung, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Sejak beberapa tahun lalu dirinya menabung sedikit demi sedikit untuk membangun madrasah ibtidaiyah di lingkungan tempat tinggalnya di RT 1 Desa Benua Tengah, Kecamatan Takisung.
Setelah bangunan madrasah rampung sejak mulai dibangun 2019, pada 2021 penerimaan peserta didik baru dibuka.
Madrasah itu ia namai Nur Aldzulam yang beralamat di Jalan Madrasah di wilayah RT 1.
Animo warga sekitar cukup tinggi.
Baca juga: Juni 2022 Tarif Baru Air Bersih Diberlakukan PDAM Tanahlaut, Ini Penjelasan Manajemen
Baca juga: Hindari Lockdown, Peternak di Bumijaya Kabupaten Tanahlaut Minta Dilakukan Vaksinasi Sapi Serentak
Terbukti meski baru pertama buka, namun jumlah murid mencapai 40 orang dan pada tahun ajaran ini (2022) jumlah murid baru bertambah banyak yakni 50 orang.
Lumayan banyak biaya yang dikeluarkan Munadi untuk membangun madrasah tersebut, sekitar Rp 700 juta untuk tiga ruang belajar.
Ia senang karena disupport pemerintah daerah dalam bentuk dana hibah sebesar Rp 100 juta.
Sejak sebulan lalu Munadi juga kembali membangun tiga unit ruangan baru.
Biaya yang diperlukan pun lumayan banyak, upah tukang per hari misalnya mencapai Rp 15 juta dan diperkirakan rampung beberapa bulan mendatang karena saat ini baru teralisasi 50-an persen.
"Mudah-mudahan lancar dan cepat rampung sehingga nanti bisa menampung murid lebih banyak lagi. Alhamdulilah dukungan warga juga terus mengalir, ada saja yang mengulurkan tangan," ucap Munadi, Kamis (19/5).
Biaya operasional madrasah yang ditanggung bapak tiga orang anak ini juga tak sedikit.
Dengan tujuh orang pengajar plus kebutuhan alat tulis kantor (ATK), per bulan menyedot dana sebesar Rp 5 juta.
Insentif atau honor guru saja sejak awal operasional hingga sekarang hampir menyedot dana sebesar Rp 50 juta, padahal belum genap setahun.
 
												

 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											