Lokal Bercerita

Perjuangan Nakes Balangan Layani Warga Desa Terpencil, Rela Menginap Hingga 3 Hari

Perjuangan para nakes dari Balangan melayani kesehatan warga desa terpencil. Tempuh akses jalan yang sulit, hingga rela menginap hingga 3 hari

Penulis: Reni Kurnia Wati | Editor: Alpri Widianjono
Dok Puskesmas Uren untuk BPost
Anggota tim Puskesmas Uren, Helawati S.Kep Ners saat memeriksa kesehatan Inul, remaja 13 tahun asal Desa Rapit Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN – Tubuh ceking dan lemah Inul, remaja 13 tahun asal Desa Rapit Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, langsung membuat miris anggota tim Puskesmas Uren, Helawati S.Kep Ners yang memeriksa kesehatannya, awal Februari 2023.

Lengan remaja itu tampak kurang berdaging. Saat Helawati memasangkan manset tensimeter digital untuk mengecek tekanan darahnya, sebagian tampak bergelambir karena tidak bisa terpasang dengan sempurna. Kondisi itu kontras dengan perutnya yang justru tampak membuncit.

"Kaget waktu awal melihat kondisi Inul karena perutnya yang membesar dan badannya sangat kurus," ujar Helawati, Senin (20/2/2023).

Setelah dilakukan pemeriksaan, Helawati dan timnya menduga Inul menderita penyakit TB dan sudah harus dirujuk ke rumah sakit. Sayang, Inul dan pihak keluarga enggan melakukannya dengan berbagai alasan. Salah satunya terkait jarak rumah sakit yang sangat jauh hingga puluhan kilometer, serta akses yang sulit dari desa mereka yang terpencil di kawasan pegunungan Meratus.

Baca juga: Setahun Lebih Atap Masjid Al Akbar Balangan Bocor, Marbot Letakkan Banyak Bak Penampung Tetesan Air

Baca juga: Diskominfosandi Balangan Pasang Internet di Puskesmas, Layanan BPJS hingga Rujukan Kini Lancar

Ya, meskipun kondisi kesehatan tidak baik, namun warga desa terpencil seperti Inul dan keluarganya tetap enggan ke rumah sakit. Kondisi demikian pula yang menyebabkan tenaga kesehatan (nakes) Kabupaten Balangan seperti Helawati dan rekan-rekannya kerap ditugasi melakukan pelayanan kesehatan dengan sistem jemput bola.

Bahkan seringkali para nakes ini terpaksa menginap hingga tiga hari, setiap kali melakukan misi mulia melayani kesehatan warga desa-desa terpencil itu. Maklum saja, tak hanya jauh tapi akses jalan yang sulit serta melewati hutan kerap membuat para nakes jatuh bangun saat menuju ke sana dengan berjalan kaki.

Perjuangan para nakes dari Balangan ini pun menarik perhatian Banjarmasinpost.co.id untuk mengulas dan menyajikan sebagai konten liputan khusus Lokal Bercerita Aku Lokal Aku Bangga Menatap 2023. 

Tim Puskesmas Uren saat melakukan pemeriksaan kesehatan pada warga desa terpencil di Balangan.
Tim Puskesmas Uren saat melakukan pemeriksaan kesehatan pada warga desa terpencil di Balangan. (Istimewa)

Perjuangan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada warga di daerah terpencil di Kalsel tidaklah mudah. Seperti di Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, banyak dusun atau anak desa yang lokasinya jauh dari pusat kecamatan membuat mereka harus bekerja ekstra saat memberikan pelayanan.

Untuk Puskesmas Uren, ada tujuh anak desa yang sulit dijangkau. Di Desa Uren ada Dusun Ambata dan Dusun Ambatunin. Lalu Desa Marajai memiliki anak desa yakni Tanjungan Jalamu dan Andamai. Desa Mamigang memiliki anak desa Sawang dan Kurihay. Sedangkan Desa Binuang Santang memiliki anak desa Libaru Sungkai.

Kepala Puskesmas Uren, Rahmat Yusliansyah mengatakan mereka menjalankan program homecare pemerintah kabupaten untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga daerah terpencil.

Yusli menerangkan Ambatunin berjarak sekitar 28 kilometer dari Puskesmas. Untuk ke sana harus melewati Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Kaltim). Lokasi dusun juga berbatasan dengan Desa Sengayam, Kecamatan Pamukan Barat, Kabupaten Kotabaru.

Baca juga: Puskesmas di Kabupaten HSU Dilengkapi Transportasi Air untuk Permudah Layanan Kesehatan

Baca juga: Tanahlaut Dapat Tambahan Stok Vaksin Covid19, PSC dan Puskesmas Tetap Buka Berikan Layanan Vaksinasi

Jalan ke Ambatunin masih berupa tanah dan sulit dilewati dengan menggunakan sepeda motor biasa. Terkadang petugas kesehatan memilih turun dari kendaraan untuk melewati beberapa ruas yang rusak parah. "Apalagi saat hujan, jalan sudah seperti lintasan offroad," ujarnya, Senin (20/2/2023).

Setiap kunjungan biasanya melibatkan 15 petugas kesehatan dengan peralatan lengkap. Agar layanan maksimal, mereka harus menginap dan berada di sana selama tiga hari. Ini menyebabkan tingginya biaya.

Tim Puskesmas Uren menempuh akses jalan yang sulit saat melayani warga desa terpencil di Balangan.
Tim Puskesmas Uren menempuh akses jalan yang sulit saat melayani warga desa terpencil di Balangan. (Dok Puskesmas Uren untuk BPost)

Agar optimal, sebelum melakukan kunjungan, petugas memberitahu aparat dusun untuk mengumumkannya kepada warga. Di Ambatunin, ada sekitar 15 kepala keluarga (KK).

Untuk penyakit yang biasa ditemukan seperti nyeri badan dan anemia. Itu karena mereka membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa keluar masuk dusun. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), hipertensi atau darah tingga dan asam urat juga diderita warga.

Selama ini kunjungan ke Ambatunin hanya dilakukan sekali dalan setahun. Hal ini karena petugas juga harus menggilir dusun lain. Sementara selama kunjungan berlangsung, layanan di Puskesmas tetap harus buka.

Menurut Yusli, kendala paling berat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada warga terpencil adalah akses yang sangat sulit. Ini juga akan mereka alami saat mengunjungi Dusun Ambata pada 15-16 Februari 2023. Jaraknya sekitar tujuh kilometer. Namun tidak seluruhnya bisa dilewati dengan sepeda motor. Oleh karena itu petugas harus berjalan sekitar tiga jam.

"Sepeda motor yang cocok untuk melewati medan sulit juga masih kurang. Belum lama ini Puskesmas Uren mendapatkan bantuan mobil operasional. Namun tidak bisa digunakan ke daerah terpencil," ungkapnya.

Baca juga: Maksimalkan Pengelolaan Limbah Medis, Rutan Rantau Gandeng Puskesmas Tapin Utara

Puskesmas Uren juga masih membutuhkan tambahan tenaga perawat. Sedangkan untuk dokter ada dua orang. Total Puskesmas Uren memiliki 48 pegawai di mana enam di antaranya nonkesehatan. "Di daerah lain kunjungan bisa tiga kali dalam satu tahun. Sementara kami satu kali dalam satu tahun," aku Yusli.

Bagi perempuan hamil di daerah terpencil seperti Ambatunin yang ingin mendapatkan layanan persalinan, biasanya mereka menggunakan jasa dukun beranak. Meski ada rumah singgah di tengah perjalanan, namun jarak yang jauh dan jalan yang rusak membahayakan perempuan hamil.

Oleh karena petugas Puskesmas kerap mengimbau perempuan hamil untuk mendekati fasilitas layanan kesehatan saat mendekati hari kelahiran.

Kepala Dinas Kesehatan Balangan Akhmad Nasa'i mengatakan program homecare ke daerah terpencil dijalankan sejak 2021 atas perintah Bupati Abdul Hadi. Ini agar warga yang tidak memungkinkan mendatangi fasilitas kesehatan secara rutin karena sakit atau lanjut usia tetap bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. "Warga desa terpencil dan akses yang sulit menjadi sasaran program homecare ini," ujarnya.

Pada 2022 hingga November sudah dilakukan 1.732 layanan homecare. Terbanyak dilaksanakan Puskesmas Batumandi.
Untuk mempermudah petugas menjalankan program ini, Dinkes melakukan pengadaan mobil operasional Puskesmas pada 2023. Di Balangan terdapat 12 Puskesmas. Enam di antaranya sudah memiliki sarana untuk program homecare. Tahun ini kembali dilakukan pengadaan mobil untuk enam Puskesmas lainnya. (Banjarmasinpost.co.id/Reni Kurniawati)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved