Jendela
Mengalahkan Dengki
Dengki adalah, kata al-Ghazali, perasaan tidak senang atas kebahagiaan orang lain mendapat nikmat, dan berharap nikmat itu terlepas darinya.
Kita hanya ingin berhasil seperti dirinya. Misalnya, Anda ingin suskes meniru orang yang Anda idolakan. Tak ada sedikit pun di hati Anda mengharapkan agar dia hancur.
Bukanlah dengki, kata Nabi, orang yang iri pada orang kaya yang menggunakan hartanya untuk kebaikan atau orang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya.
Sebagai makhluk sosial, kita sulit menghindar dari membandingkan diri dengan orang lain, terutama teman-teman sebaya, seprofesi, tetangga hingga saudara sendiri. J
ika pada satu saat, kita merasa kurang dari mereka, maka akan muncul rasa kalah dan marah. Rasa itu akan positif jika mendorong kita untuk berjuang lebih keras tanpa membenci mereka yang lebih dari kita.
Masalahnya, ketika kita telah berusaha keras dan tetap gagal, sulit kiranya menata hati agar tidak menjadi pendengki.
Masalah ini menjadi semakin buruk karena kita hidup dalam dunia yang mendewakan persaingan dan kompetisi. Hidup seolah hanya persoalan menang-kalah, laksana hukum rimba, yang kuat memangsa yang lemah.
Darwinisme tidak hanya berlaku secara biologis, tetapi juga sosiologis. Yang bertahan adalah yang paling kuat menghadapi tantangan.
Seolah hidup ini hanya pertarungan kepentingan. Seolah tanpa mengalahkan orang lain, hidup kita tidak berarti apa-apa.
Saya katakan ‘seolah’ karena pola pikir menang-kalah adalah timpang.
Persaingan dalam arti berusaha mencapai yang terbaik memang ada dalam kehidupan ini. Seringkali pula kepentingan kita saling berbenturan. Apalagi jika yang diinginkan adalah sesuatu yang terbatas seperti peluang kerja, jabatan dan kejuaraan.
Namun, itu hanyalah satu sisi dari kehidupan manusia. Di sisi lain, manusia takkan bisa hidup sendirian. Dia takkan bisa jadi pemenang jika tidak ada saingan yang dikalahkan.
Singkat kalimat, dengki adalah penyakit yang harus dikalahkan, paling kurang dengan dua resep.
Pertama, jika Anda mendapatkan nikmat, berbagilah dengan orang lain. Berbagilah dengan orang-orang yang kurang beruntung, apalagi jika mereka adalah orang-orang terdekat.
Dengan berbagi, rasa marah bisa berubah menjadi cinta. Dengan berbagi, nikmat akan bertambah, bukan berkurang. Akhirnya yang terjadi bukan persaingan tetapi kebersamaan, bukan kompetisi tetapi solidaritas.
Kedua, bukalah cakrawala pandangan hidup. Orang yang mendengki biasanya mencintai dunia, yang sifatnya jangka pendek dan terbatas.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.