Opini Publik
Menegakkan Keadilan
SETIAP tanggal 17 Juli diperingati sebagai Hari Keadilan Internasional. Pada hari itu kita diingatkan dengan masalah penting umat manusia, keadilan
Semua sistem ekonomi di dunia ini mempunyai tujuan yang sama, menegakkan keadilan. Namun, tak semua sistem ekonomi mampu dan secara konsisten menciptakan sistem yang adil.
Sistem ekonomi yang baik adalah sistem ekonomi yang dengan tegas dan secara konsisten menjalankan prinsip-prinsip keadilan.
Ajaran Agama-agama
Jika kita memeriksa ajaran-ajaran sentral beberapa agama besar dunia, segera kita menemukan ajaran-ajaran yang melawan ketidakadilan. Buddhisme menekankan pada belas kasih. Hal ini juga membuat para pengikutnya peka terhadap penderitaan yang disebut dukkha.
Seorang intelektual Buddhis, Kuliyapitiye Prananda, memberikan tekanan pada aspek pengajaran Buddhis ini dengan ringkas, “Hindari investasi yang tidak benar; hindari perlakuan yang tidak semestinya dan hindari konsumsi yang tidak semestinya”. Ini adalah sikap yang sangat religius.
Kekristenan juga merupakan kekuatan pembebasan yang hebat dalam sejarah awalnya sampai diadopsi oleh penguasa Romawi.
Kekristenan selalu menekankan pada bekerja untuk orang miskin. Para pengikut Kristus semuanya berasal dari kalangan orang miskin dan dia memberikan kabar baik kepada mereka tentang pembebasan mereka.
Enrique Dussel, seorang teolog pembebasan Amerika Latin percaya akan penafsiran Alkitab dengan cara yang akan menegakkan keadilan bagi orang-orang yang tertindas.
Dalam ajaran Islam, ada penekanan besar pada keadilan, baik sosial maupun ekonomi. Teks Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat seperti itu yang menasihati orang-orang beriman dan orang-orang yang tidak beriman untuk menghindari konsentrasi kekayaan. Islam pada dasarnya adalah agama keadilan dan persamaan.
Islam ingin menyingkirkan semua bentuk penindasan dan membangun masyarakat yang adil di bumi ini.
Sayang sekali, dalam perjalanan sejarah, sebagian besar agama ini seringkali dibajak oleh kepentingan pribadi dan kelompok.
Akibatnya, agama-agama berada di pihak orang kaya dan berkuasa dan abai membela kaum tertindas. Ini sangat melanggar semangat agama. Hanya agama yang dibuat inspirasi untuk menegakkan keadilan dan melawan penindasanlah yang akan mampu memperbaiki tatanan masyarakat. (*)
| Refleksi Hari Santri Nasional, Dari Resolusi Jihad ke Revolusi Pendidikan di Tengah Disrupsi Zaman |
|
|---|
| Hari Kebudayaan Nasional dan Urgensi Penguatan Budaya Digital |
|
|---|
| Menilik Perbedaan Pajak Pusat dan Pajak Daerah |
|
|---|
| Dilematik Pengembalian 30.000 Artefak Indonesia dari Belanda |
|
|---|
| September Hitam: Bayang Panjang di Tengah Demokrasi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.