Berita Kotabaru

Stok Padi Petani Sungailimau Pulau Laut Timur Kotabaru Menipis, Dampak Kemarau Panjang

Petani di Kecamatan Pulaulaut Timur Kabupaten Kotabaru khususnya Desa Sungailimau dilanda kegelisahan.

Penulis: Herliansyah | Editor: Edi Nugroho
Banjarmasinpost.co.id/Stanislaus Senne
Ilustrasi: Sawahan para petani di Desa Kayu Rabah HST yang sempat mengalami kekeringan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Petani di Kecamatan Pulaulaut Timur Kabupaten Kotabaru khususnya Desa Sungailimau dilanda kegelisahan.

Stok pangan menipis. Sementara mereka belum bisa mengolah lahan untuk memulai tanam sebagai dampak El Nino. Kemarau panjang membuat lahan kering kerontang.

Tidak ada sumber air yang dapat digunakan mengairi sawah. Kemarau panjang juga membuat irigasi mengering.

“Memang benar, persedian pangan menipis. Persediaan saya paling tinggal berapa pekan saja lagi. Kalau petani lain mungkin masih cukup hingga sebulan,” ujar Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sungailimau Gazali Rahman, Selasa (31/10).

Baca juga: Peningkatan Produksi Gas Metan di TPA Basirih Kota Banjarmasin hingga Kini Terganjal Modal

Baca juga: Jembatan Pangeran di Kota Banjarmasin Diperbaiki, Konstruksi Masih dari Kayu Ulin

Menurut Gazali, hanya sebagian petani memanfaatkan lahan kering untuk menanam buah, seperti semangka dan timun.

Sementara petani di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Baritokuala, enggan menanam padi surung karena khawatir kebanjiran. Soalnya penanaman lahan rawa sejak tiga tahun lalu selalu dilanda banjir.

“Biasanya kami menanam padi unggul pada Januari-Februari. Kalau saat ini kami menunggal. Sejak tiga tahun lalu selalu terendam sehingga merugi,” katanya, Selasa.

Anggota Poktan Sumber Padi Desa Jejangkit Pasar ini mampu tanam dua kali. Pertama padi unggul dan kedua padi lokal.

“Saat ini, kondisi itu tidak mungkin karena setiap awal tahun hingga bulan keempat, banjir tidak surut,” pungkasnya.

Muslim, petani padi di Desa Jejangkit Muara pun mengaku khawatir menanam padi surung saat ini. “Tidak sedikit petani yang rugi karena baru ditanam, padinya tenggelam,” ujarnya.

Petugas Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Jejangkit, Ahmadi membenarkan kondisi banjir yang melanda lahan pertanian padi di Kecamatan Jejangkit.

Baca juga: Petani Pendalaman Baru di Kabupaten Barito Kuala Siapkan Lahan untuk Tanam Padi Surung

Menurutnya, saluran air yang ada di Kecamatan Jejangkit, penyebabnya sehingga apabila petani memulai menanam padi surung, selalu gagal karena lahannya mengandung kadar asam rendah.

Ahmadi mengaku lahan di Kecamatan Jejangkit berbeda dengan lahan di Kecamatan Mandastana yang dipengaruhi pasang surut air Sungai Barito menyebalkan kadar lahan menjadi netral.

“Karena saluran air di Kecamatan Mandastana terkena air pasang surut itu mencuci lahan pertanian sehingga dapat menanam padi di musim kering maupun musim basah,” katanya.

Sebaliknya dengan petani di Desa Pendalaman Baru Kecamatan Barambai. Sekretaris Desa Pandalaman Baru Ibrahim, Selasa, mengatakan ada kelompok tani yang siap menanama padi surung. Lahan yang disediakan 1-2 hektare. Benih padi yang ditanam varietas unggul.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved