Opini

Kecerdasan Buatan dan Pergeseran Peran Guru, Refleksi Hari Guru

DI era ketika teknologi kecerdasan buatan telah ikut mengubah cara orang belajar, maka kegiatan pembelajaran bakal jauh lebih efektif

Editor: Edi Nugroho
Dokumentasi Banjarmasinpost.co.id
Irma Suryani, Pemerhati masalah pendidikan 

Oleh : Irma Suryani
Pemerhati masalah pendidikan

DI era ketika teknologi kecerdasan buatan telah ikut mengubah cara orang belajar, maka kegiatan pembelajaran bakal jauh lebih efektif.

Di saat yang sama, peran guru juga bergeser. Guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi dalam aktivitas pembelajaran.

Sebagai buah dari kecanggihan teknologi digital, kecerdasan buatan, yang dibarengi dengan realitas virtual, realitas campuran serta augmented reality, akan kian dekat dan kian akrab dengan kehidupan kita.

Bukan hanya membuat kehidupan kita semua semakin mudah, teknologi-teknologi tersebut juga menyajikan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya mungkin tidak pernah kita bayangkan.

Dalam bidang pendidikan, kehadiran kecerdasan buatan, realitas virtual, realitas campuran dan augmented reality telah melahirkan metode pembelajaran baru yang diistilahkan oleh para pakar pendidikan sebagai pembelajaran imersif, di mana kelas-kelas pembelajaran melibatkan simulasi lingkungan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih unik bagi para siswa.

Baca juga: Maling Motor Asal Kabupaten Banjar Ditangkap Anggota Polres Tanahbumbu, Tiga Hari Dalam Pengejaran

Baca juga: PGRI Kalsel Ungkap Kesulitan Mengajar di Daerah Terpencil, Medan yang Dilalui Sulit

Melalui pembelajaran imersif, siswa diajak masuk ke dalam lingkungan digital interaktif di mana suara, gambar serta sensasi dikreasikan sedemikian rupa sehingga para siswa mendapatkan pengalaman sensorik secara utuh. Secara demikian, mereka mendapatkan “perasaan” yang lebih nyata ketika mempelajari berbagai hal.

Ringkasnya, pembelajaran imersif adalah bagaimana kegiatan pembelajaran diarahkan agar peserta didik mendapatkan pengalaman pembelajaran sebanyak mungkin melalui panca indera mereka, terutama penglihatan, suara dan sentuhan, melalui bantuan teknologi digital. Ini sama sekali berbeda dengan metode pembelajaran tradisional di mana murid-murid lebih banyak menjadi pendengar pasif.

Dalam pembelajaran tradisional, guru berada di depan kelas menerangkan materi, sementara murid-murid duduk manis menyimak penjelasan guru. Pembelajaran imersif tidak demikian, karena ruang kelas -- lewat bantuan kecanggihan teknologi -- diubah menjadi lingkungan yang lebih real bagi para siswa untuk dapat mengalami dan belajar berbagai hal. Ujungnya, pembelajaran menjadi lebih menarik, lebih relevan dan lebih bermakna bagi para siswa.

Kalau dalam metode pembelajaran tradisional para siswa cenderung tidak aktif ketika kegiatan pembelajaran dilangsungkan, maka dalam metode pembelajaran imersif, para siswa justru akan terdorong untuk lebih aktif. Siswa dapat berinteraksi dengan objek belajar, baik secara virtual maupun fisik. Pada pembelajaran imersif, prinsip belajar sambil melakukan atau sambil mengalami langsung (learning by doing) menjadi keniscayaan. Ini berkontribusi pada peningkatan fokus belajar. Penelitian yang dilakukan PwC International menemukan bahwa individu menunjukkan empat kali lebih fokus ketika pembelajaran dilakukan menggunakan metode pembelajaran imersif daripada menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih Akurat dan Lebih Murah

Para pakar pendidikan berpendapat, penerapan metode pembelajaran imersif dapat membantu otak untuk merekam aktivitas lebih akurat yang memungkinkan retensi (penyimpanan) pengetahuan lebih tinggi. Hasil sebuah survei menunjukkan, dengan menggunakan metode pembelajaran imersif, tingkat retensi pengetahuan dapat mencapai 75 persen.

Kelebihan lain metode pembelajaran imersif adalah dapat memotong ongkos pembelajaran. Sekadar ilustrasi, saat siswa-siswa perlu mengunjungi Candi Borobudur untuk kepentingan pembelajaran sejarah dan geografi, akan jauh lebih irit dilakukan lewat bantuan teknologi realitas virtual dan realitas campuran. Selain juga akan hemat waktu.

Untuk pengalaman pembelajaran yang mungkin saja dapat menimbulkan risiko lebih tinggi, metode pembelajaran imersif juga membuat para siswa akan jauh lebih aman. Ambil contoh, untuk mengenali ekosistem sungai, mereka tidak perlu harus melakukan susur sungai yang sangat berisiko membahayakan keselamatan mereka. Mereka dapat melakukannya tanpa harus meninggalkan kelas berkat bantuan realitas virtual serta realitas campuran.

Baca juga: Sampah Pemilu

Baca juga: BREAKING NEWS - Kebakaran Bangunan Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru, Kabarnya Ruangan VIP

Tak perlu kita sangsikan lagi bahwa kecerdasan buatan, realitas virtual, realitas campuran serta augmented reality akan menjadi bagian dari masa depan pendidikan kita. Menerapkan teknologi-teknologi tersebut di bidang pendidikan akan lebih memberdayakan peserta didik dan pendidik, sehingga mereka mampu lebih mengeksplorasi topik pembelajaran dan melakukan kegiatan pembelajaran jauh lebih efektif.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved