Kolom
Membangun Kerukunan Para Elit Politik
Pada 2024 ini rakyat Indonesoa akan memasuki tahun politik, di tahun ini diharapkan elit politik untuk berbuat ini
Oleh: Ahmad Syawqi
(Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin)
BANJARMASINPOST.CO.ID - MEMASUKI awal tahun 2024 dalam suasana tahun politik ini, terciptanya suasana kerukunan yang penuh dengan kecintaan dan kasih sayang tentunya menjadi keinginan kita bersama.
Hal ini demi terwujudnya cita-cita indonesia untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat. Terlebih lagi bagi bangsa Indonesia yang ditanggal 14 Februari 2024 nanti akan melaksanakan pesta demokrasi pemilihan presiden dan para anggota dewan, suasana kedamaian harus betul-betul bisa terwujud.
Ketika masuk dalam suasana tahun politik ini, adanya perbedaan pilihan menjadi hal yang wajar dan tidak boleh mengganggu persatuan umat. Justru kerukunan menjadi kunci utama dalam membangun Indonesia yang gemilang untuk meraih Indonesia Emas 2045.
Hal ini sejalan dengan tema peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama RI ke-78 pada 3 Januari 2024 yang mengusung tema "Indonesia Hebat Bersama Umat", sebagai momentum kebangkitan umat dan bangsa untuk Indonesia hebat.
Untuk menjadi sebuah negara Indonesia yang hebat, tentunya tidak lepas dari adanya kerukunan umatnya, termasuk juga rukunnya para elit politik yang akan ikut dalam pemilu legislatif 2024 nanti.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, makna rukun bermakna baik dan damai, tidak bertengkar, bersatu hati dan bersepakat dalam pertalian persahabatan.
Sebuah kerukunan memiliki makna mendalam yang menggambarkan ungkapan dalam sebuah kebaikan, kedamaian, rasa persatuan, persaudaraan dan persahabatan, solidaritas sesama kawan, jauh dari sikap egosentris.
Hal ini tentunya untuk mengingatkan agar generasi mendatang juga para elit politik harus menjaga perilaku bersosial dengan baik dengan mewujudkan masyarakat yang saling bersatu dan bersahabat dalam kebaikan.
Manusia sebagai mahkluk sosial, tentunya memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam segala aspek dalam menjalani kehidupan ini. Adanya keterbatasan yang dimiliki itulah, maka perlu saling mendukung bahu membahu dalam kebaikan membantu meringankan berbagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi masyarakat kita saat ini.
Bukan malah saling merendahkan dan mencari kesalahan satu sama lain.
Momentum kerukunan terlebih disaat suhu politik akan jauh lebih penting dan bermakna, apabila saling mensupport dalam kebaikan, menghilangkan rasa dendam, rasa kebencian dan rasa iri hati atas jalinan kerjasama yang pernah kita lakukan dimasa lalu.
Memang tidak bisa disangkal bahwa manusia sebagai mahkluk sosial tidak terlepas dengan adanya kepentingan yang ingin dicapai. Akan tetapi akan lebih indah apabila segala sesuatu capaian-capaian yang kita raih dengan sebuah kebersamaan untuk menatap masa depan bangsa dan negara kita saat ini.
Keindahan dalam merajut kerukunan bersama dengan mendudukkan segala persoalan yang dihadapi dengan tangan terbuka dan melihat segala persoalan secara rasional.
Merajut kerukunan bersama dengan berpikiran rasional, akan jauh lebih bermanfaat bila dibandingkan dengan memikirkan sesuatu dengan mengedepankan kepentingan kelompok dan golongan. Namun terkait hal itu, bukan berarti bahwa dengan mengedepankan rasa untuk mewujudkan kepentingan pribadi dan atau kelompok itu “dilarang” dan bahkan dibatasi, tentunya harus “proporsional”.
Kepekaan secara sosial, merupakan modal yang terpenting dilakukan oleh masyarakat dan pemangku kebijakan. Disaat bangsa kita mengalami berbagai persoalan-persoalan yang memerlukan campur tangan berbagai pihak untuk menemukan solusinya.
Berbagai persoalan keresahan sosial yang muncul dibangsa kita saat ini, seperti pertengkaran atas lahan, penyalahgunaan kekuasaan, hingga pada kegiatan yang mengarah pada krisis moral. Memang berbagai fakta itu, telah mengantarkan bangsa kita akan terpuruk dimata masyarakat dan bahkan dunia internasional. Keterpurukan yang dialami atas berbagai persoalan itu, bukan berarti bahwa kita akan larut dalam kesedihan dan pertengkaran yang berkepanjangan.
Secara sosiologis, bahwa memikirkan solusi atas segala persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita saat ini, akan jauh lebih memiliki makna. Bila dibandingkan dengan menyalahkan kelompok atau golongan yang pada muaranya akan melahirkan sebuah ketidakpedulian terhadap sesama.
Saling menyalahkan pun bukan menjadi sarana yang terbaik dalam mewujudkan bangsa ini menjadi besar. Kebesaran bangsa Indonesia itu terletak pada masyarakat yang sopan dan santun dalam bermasyarakat.
Demikian pula elit politik kita, wajib menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak, etika sopan dan santun dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa.
Akhlak dan Ketauladan
Akhlak sebagai sebuah nilai ajaran agama yang berisi kesopanan dan kesantunan wajib dijadikan suri tauladan bagi kita semua termasuk para elit politik kita saat ini. Kita semua dianjurkan untuk menebar kebaikan, bukan dengan mempertontonkan perasaan “benci” terhadap sesamanya.
Perilaku Masyarakat kita saat ini akan mengarah pada rasa saling membenci apabila elit politik kita selalau mempertontonkan rasa kebencian pada sesama elit politik. Bukankah elit politik, merupakan suri tauladan masyarakat dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.
Jangan sampai elit politik sibuk dengan melontarkan rasa kebencian pada sesama elit politik. Kalau perilaku itu terus berlanjut, maka bisa saja berakhir pada situasi masyarakat akan berbuat lebih “anarkis” dalam membenci elit politik.
Menurut Suwaib Amiruddin seorang Sosiolog Untirta, membangun kerukunan para elit politik tentunya akan jauh lebih mengarahkan hidup masyarakat kita untuk dapat keluar dari persoalan sosial yang dihadapinya.
Suwaib menyatakan bahwa penyadaran elit politik akan pentingnya kerukunan, tentunya bukan hanya pada saat mendekati detik-detik agenda besar politik saja. Akan tetapi rasa kerukunan sepatutnya diagendakan disetiap masa dan waktu.
Dan bahkan rasa kerukunan pun itu, sebaiknya tidak perlu diagendakan. Karena jangan sampai membudayakan rasa kerukunan kuat disaat menjelang pemilu dan pemilukada. Kalau hal itu terjadi, maka kedewasaan elit politik kita dalam melihat segala persoalan yang melanda masyarakat kita belum terealisasikan dengan baik.
Mengurangi rasa “egois” dan “arogansi” dalam mempertahankan pendapat di tataran elit politik, tentunya merupakan modal utama untuk membangun bangsa maupun daerah kita yang membutuhkan berbagai kebijakan yang mengedepankan rasa kebijaksanaan.
Kerukunan para elit politik akan tertata dengan baik apabila setiap persoalan dihadapi dengan rasa arif dan bijaksana. Menciptakan kerukunan menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita bersama. (*)
Mengurangi rasa “egois” dan “arogansi” dalam mempertahankan pendapat di tataran elit politik, tentunya merupakan modal utama untuk membangun bangsa maupun daerah kita yang membutuhkan berbagai kebijakan yang mengedepankan rasa kebijaksanaan.
Kerukunan para elit politik akan tertata dengan baik apabila setiap persoalan dihadapi dengan rasa arif dan bijaksana

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.