Berita Batola

Petani di Jejangkit Batola Mulai Lirik Budi Daya Haruan dan Papuyu, Pakai Pola Tanam Padi Apung

Sebagian besar halaman rumah warga di Jalan UPT Trans Sampurna, Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Edi Nugroho
Foto Istimewa kiriman Syamsi
Ilustasi: Warga Desa Tabatan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan membangun meja lebar agar tidak kebanjiran di dalam rumah sekedar tempat istirahat mereka, Minggu (28/1/2024). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN- Sebagian besar halaman rumah warga di Jalan UPT Trans Sampurna, Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Baritokuala dipenuhi air.

Akses menuju rumah hanya melalui titian dari kayu ulin. Rumah warga di sini panggung sehingga lantainya aman dari ancaman banjir.

Salah satunya rumah Suparlan, Ketua RT 09. Rumahnya adalah bekas Kantor Kepala UPT Trans Sampurna. Kondisinya sudah banyak yang rusak. Atap sengnya berkarat. Dindingnya juga sebagian berlubang. Letak rumah Suparlan bertetanga dengan Puskesmas Pembantu dan SDN Sampurna 2 yang halamannya juga terendam.

Pria berusia 56 tahun itu tinggal bersama istri. Mereka telah tinggal di eks UPT Trans sekitar 25 tahun

Baca juga: Ribuan Orang Salatkan Jenazah Guru Danau di Desa Danau Panggang HSU, tak Hiraukan Banjir

Baca juga: Pasien TBC RS Idaman Meningkat, Dinkes Tala Tangani 44 Kasus pada Januari 2024

Suparlan adalah petani cabai, semangka dan padi apung di halaman rumah. Julukan petani tangguh dapat disematkan kepada Suparlan karena hanya yang membudidayakan padi apung di Sampurna. “Saya bertani sejak usia 20 tahun dan terus belajar,” ucapnya.

Mengenai budidaya padi apung, Suparlan penerima bantuan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Kini dia melirik pertanian minapolitan yang menggambungkan budidaya padi apung dengan perikanan air tawar. Ikan yang hendak dipeliharanya yakni gabus atau haruan dan betok atau papuyu.

“Saya hobi mancing sehingga untuk kebutuhan lauk tercukupi saja. Kalau padi apung, sekitar April 2024 sudah dapat dipanen,” katanya.

Benih ikan itu bukan ditebar, tetapi memang hidup liar dan semakin banyak saat budidaya padi apung. Suparlan mengharapkan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Batola membantunya memberikan jala apung.

Saat ini banyak warga yang datang memancing di dekat kolam budidaya padi apung miliknya. “Saya biarkan saja mereka memancing, asalkan tidak mengganggu tanam padi apungnya,” katanya.

Suparlan menargetkan apabila April 2024 padi apungnya panen, sebagian akan dijadikan benih agar dapat tanam tiga kali setahun. “Saya berani tiga kali setahun karena saya beri pupuk organik. Lahannya terbatas tetapi produksi padinya tiga kali, tentu petani sejahtera,” katanya.

Untuk mencukupi keperluan sehari-hari, Suparlan menanam cabai rawit dan cabai hijau. Cabai ditanamnya di pekarangan di samping Kantor Balai Penyuluh Pertanian Jejangkit.

“Saya sedang melakukan demplot tanaman cabai rawit yang diberi pupuk organik dengan pupuk nonorganik,” katanya.

Baca juga: Update Jalan Longsor Batulicin-Kandangan: Hati-hati Jalan Licin Akibat Material Longsor Tersisa 

Lahan cabai rawit dan cabai hijau tanpa perlakuan ditanam di samping Kantor BPP Jejangkit dan lahan cabai di pekarangan Kantor Pos Koramil Jejangkit diberi perlakuan. “Cabai rawit yang diberi perlakuan dengan pupuk organik hanya sebanyak 23 pohon dan semangka.

Alhamdulillah, baru dipetik cabai rawit menghasilkan tiga kilogram,” katanya.

Hasil menjual tanaman cabai rawit itulah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kakek empat cucu ini. Kebanyakan lahan atau luas, tetapi tidak diperhatikan setiap hari, hasil produksi padinya juga tak maksimal.

“Biar lahan terbatas, tetapi tanaman dapat dirawat karena berada di depan rumah. Ini juga bisa diterapkan saat musim banjir,” pungkasnya. (Banjarmasinpost.co.id/mukhtar wahid)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved